Footer Widget #4

EnglishFrenchGermanSpainItalianDutchRussianPortugueseJapaneseKoreanArabicChinese Simplified

Friday, December 21, 2012

Soekarno Shalat di Amerika


Sebuah artikel dari Roso Daras menampilkan foto-foto Bapak Bangsa Indonesia, Soekarno, tengah menunaikan shalat di Amerika Serikat sesaat sebelum bertemu dengan presiden AS, Dwight Eisenhower. Berikut cuplikan artikelnya:
Masih dalam rangka kunjungan Presiden Sukarno ke Amerika Serikat tahun 1956. Ketika tiba saatnya shalat, Bung Karno dan rombongan menuju salah satu masjid di sana untuk bersujud. Foto-foto berikut terasa sejuk kalau kita resapi dalam hati. Karenanya saya merasa tidak perlu berpanjang kata mengomentari ataupun memuji. Kita nikmati saja deretan foto di bawah ini, sambil membenamkan imaji sedalam-dalamnya…


Bung Karno, dengan tongkat komandonya berjalan kaki melintasi koridor masjid. Para pengawal correct menjaga Presidennya, lantas mengiringkannya masuk ke dalam masjid.


Usai shalat berjamaah, Bung Karno berdoa sejenak. Sejurus kemudian, ia bangkit berdiri lagi untuk kembali melaksanakan shalat sunah dua raka’at…. Anggota rombongan lain, ada yang mengikuti Bung Karno shalat sunah, ada yang tekun berdzikir, ada pula yang beringsut mundur, dan menunggu di luar masjid.

Usai shalat, tak pernah lupa Bung Karno khusuk berdoa. Tampak di sebelah kiri Bung Karno adalah Roeslan Abdulgani. Diplomat muda, pahlawan pada pertempuran heroik 10 November 1945 di Surabaya. Ia kemudian diangkat menjadi Menteri Luar Negeri, dan termasuk tokoh di balik Konferensi Asia Afrika Bandung yang bersejarah itu. Roeslan Abdulgani wafat 29 Juni 2005 dalam usia 91 tahun.


Seperti umumnya jemaah masjid, begitu pula Bung Karno. Di dalam masjid, tidak ada presiden, tidak ada menlu, tidak ada pejabat. Yang ada hanya imam dan makmum. Begitu pula usai shalat, Bung Karno dengan santai duduk di tangga masjid untuk mengenakan sepatu, seperti halnya jamaah yang lain.


Usai shalat, ia kembali melanjutkan protokol kunjungan kenegaraannya. Antara lain menggelar pembicaraan bilateral dengan Presiden Dwight Eisenhower yang dikisahkan “kurang mesra”. 

 

SPIRITUALISM & Bung Karno

  Sungkam Bung Karno pada Ibunda tercinta

Suatu pagi, diakhir Februari 1967, di sebuah ruang Istana Merdeka terjadi dialog yang mengharukan. Saat itu saat senja dalam kekuasaan Soekarno. Tak ada lagi cahaya terang yang banyak menyinarinya lagi. Semua seolah ikut meredup. Kekuasaannya digerogoti, kewenangannya dibatasi, kehormatannya mulai dilecehkan, keluarganya diteror mental, ajarannya dibuang dan foto-fotonya mulai diturunkan. “Saya akan bertobat, Kak”, kata Soekarno sambil mengucurkan air mata, dengan kedua belah tangannya diletakkan pada pundak sang kakak. Siapa sang kakak itu? Dia adalah Abdul Rachim, orang yang sudah dikenalnya sejak awal negeri ini berdiri. Abdul Rachim sudah seperti guru spiritual Soekarno, menurut Chairul Basri, orang yang dekat dengan sang kakak dan juga dengan Soekarno.
******************************************************************************************************** Soekarno menitikkan air mata ketika dia berada dalam sebuah ruangan sempit di penjara Banceuy, Bandung tahun 1929. Dia terharu merasakan betapa dia harus mempelajari ajaran-ajaran Nabi Muhammad, yang kurang dia kenal. “Di sinilah pertama kali jiwaku insyaf akan agama”, katanya mengenang semasa di tahan di penjara Banceuy oleh Belanda. Di sana dia menemukan Islam. Dan di usia senjanya, dia kembali menitikkan air mata untuk mengingat, apakah dia menjalankan ajaran Nabi Muhammad SAW seperti yang dia ingini dahulu. ******************************************************************************************************* Dalam amanatnya pada hari peringatan Nuzulul Quran di Istana Negara, 6 Maret 1961, ia mengaku pernah di tanya soal kepercayaannya kepada tuhan."Apakah Bung Karno yang intelektual, Bung Karno yang profesor, yang insinyur, yang dokter percaya adanya tuhan ? saya jawab tegas ya saya percaya. Apa bukti tuhan ada ? saya berkata, sering saya becakap-cakap dengan tuhan. saya sering meminta kepada zat itu, dan zat itu sering memberikan kepadaku apa yang ku minta. Nah itulah satu bukti nyata bagiku bahwa tuhan itu ada." Soekarno sendiri mengakui pernah terjadi suatu evolusi iman pada dirinya. ketika ia di dalam penjara sukamiskin."Di dalam penjara, ini salah satu hikmah saya mempelajari agama. Sekeluar dari penjara sya menjadi manusia yang mati-matian percaya kepada Allah dan Muhammad. kejadian di Brastagih mempertebal keimananku lagi." Juli 1955, bung karno menunaikan ibadah haji. Dalam kesempatan itu, ia berziarah ke makam Rasulullah di Masjid Nabawi di Madinah, kemudian melakukan shalat sunnah di Rudha tepat menempati mihrab Nabi dan berdoa serta berdzikir. Setelah berhaji nama Bung Karno menjadi Haji Akbar Ahmad Soekarno.
Dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman Rai. Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar Pribumi di Singaraja, Bali. Nyoman Rai merupakan keturunan bangsawan dari Bali dan beragama Hindu sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama Islam. Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama Sukarmini sebelum Soekarno lahir.[ Ketika kecil Soekarno tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur. Ketika dilahirkan, Soekarno diberikan nama Koesno Sosrodihardjo oleh orangtuanya. Namun karena ia sering sakit maka ketika berumur lima tahun namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya. Nama tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata Yudha yaitu Karna. Nama "Karna" menjadi "Karno" karena dalam bahasa Jawa huruf "a" berubah menjadi "o" sedangkan awalan "su" memiliki arti "baik".
Di kemudian hari ketika menjadi Presiden R.I., ejaan nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno karena menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah (Belanda) Ia tetap menggunakan nama Soekarno dalam tanda tangannya karena tanda tangan tersebut adalah tanda tangan yang tercantum dalam Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah. Sebutan akrab untuk Soekarno adalah Bung Karno Ia bersekolah pertama kali di Tulung Agung hingga akhirnya ia pindah ke Mojokerto, mengikuti orangtuanya yang ditugaskan di kota tersebut. Di Mojokerto, ayahnya memasukan Soekarno ke Eerste Inlandse School, sekolah tempat ia bekerja. Kemudian pada Juni 1911 Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk memudahkannya diterima di Hoogere Burger School (HBS). Pada tahun 1915, Soekarno telah menyelesaikan pendidikannya di ELS dan berhasil melanjutkan ke HBS. di Surabaya, Jawa Timur. Ia dapat diterima di HBS atas bantuan seorang kawan bapaknya yang bernama H.O.S. Tjokroaminoto.[ Tjokroaminoto bahkan memberi tempat tinggal bagi Soekarno di pondokan kediamannya. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin Tjokroaminoto saat itu, seperti Alimin, Musso, Dharsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis. Soekarno kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Darmo yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi Utomo. Nama organisasi tersebut kemudian ia ganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada 1918. Selain itu, Soekarno juga aktif menulis di harian "Oetoesan Hindia" yang dipimpin oleh Tjokroaminoto. Tamat H.B.S. tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB) di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil dan tamat pada tahun 1925. Saat di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam dan sahabat karib Tjokroaminoto. Di sana ia berinteraksi dengan Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.

Konon : ayahanda Soekarno sebenarnya adalah Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X. Nama kecil Soekarno adalah Raden Mas Malikul Koesno. Beliau termasuk “anak ciritan” dalam lingkaran kraton Solo) Sebagai seorang pemikir handal yang mempercayai suatu kehidupan alam lain, beliau kerap mengasingkan diri dalam fenomena yang tak layak pada umumnya, yaitu selalu bertirakat dari satu gua kumuh, bebukitan terjal, hutan belantara hingga tempat wingit lainnya. Kisah ini terjadi pada Jum’at legi, bulan Maulud 1937 H. Berawal dari sebuah mimpi yang dialaminya. Di suatu malam, beliau didatangi seekor naga besar yang ingin ikut serta mendampingi hidupnya. Naga itu mengenalkan dirinya bernama, Sanca Manik Kali Penyu, yang tinggal didalam bukit Gorong, kepunyaan dari Ibu Ratu Nyi Blorong, yang melegendaris. Dengan kejelasan mimpinya, langsung menemui KH. Rifai, yang kala itu sangat masyhur namanya. Lalu sang kyai memberinya berupa amalan atau sejenis doa Basmalah, yang konon bisa mewujudkan benda gaib menjadi nyata. Lewat suatu komtemplasi dan proswsi ritual panjang, akhirnya Bung Karno, ditemui sosok wanita cantik yang tak lain adalah Nyi Blorong sendiri. “Andika..!!! Derajatmu wes tibo neng arep, siap nampi mahkota loro, lan iki mung ibu iso ngai bibit kejembaran soko nagara derajat, kang manfaati soko derajatmu ugo wibowo lan rejekimu serto asih penanggihan” terang Nyi Blorong. Yang arti dari ucapan tadi kurang lebihnya : “Anakku !! Sebentar lagi kamu akan menjadi manusia yang mempunyai dua derajat sekaligus (Pemimpin umat manusia dan Bangsa gaib yang disebut sebagai istilah / Rijalul gaib). Saya hanya bisa memberikan sebuah mustika yang manfaatnya sebagai, ketenangan hatimu, keluhuran derajat, wibawa, kerejekian serta pengasihan yang akan membawamu dipermudah dalam segala tujuan” Mustika yang dimaksud tak lain berupa paku bumi, jelmaan dari seekor naga sakti, Sanca Manik, yang di dalam mulutnya terdapat satu buah batu merah delima bulat berwarna merah putih crystal, symbol dari bendera merah putih / negara Indonesia. Sebagai sosok mumpuni sekaligus hobi dalam dunia supranatural, 7 bulan dari kedapatan mustika Sanca Manik, beliau pun bermimpi kembali. Yang mana di dalam mimpinya sosok Kanjeng Sunan KaliJaga beserta ibu Ratu Kidul Pajajaran menyuruh Bung Karno, datang ke bukit Tinggi Pelabuhan Ratu, Sukabumi – Jawa Barat. “Datanglah Nak ketempatku..!!! Kusiapkan jodoh dari pemberian Putranda (Nyi Blorong) yang kini telah kau terima, tak pantas melati tanpa kembang kenanga, lelaki tanpa adanya wanita” Tentunya sebagai seorang yang berpengalaman dalam pengolahan bathiniyah, Bung Karno, adalah salah satu bocah yang sangat paham akan makna sebuah mimpi. Dalam hal ini beliau menyakini bahwa yang barusan dialaminya adalah bagian dari keneran. Dengan meminta bantuan kepada, Kartolo Harjo, asal dari kota Pekalongan, yang kala itu dianggap orang paling kaya, merekapun hari itu juga langsung menuju lokasi yang dimaksud, dengan membawa sedan cw keluaran tahun 1889. Kisah perjalanan menuju Pelabuhan Ratu, ini cukup memakan waktu panjang, pasalnya disetiap daerah yang dilaluinya Bung Karni, selalu diberhentikan oleh seseorang yang tidak dikenal. Mereka berebut memberikan sesuatu pada sosok kharismatik berupa pusaka maupun bentuk mustika. Hal semacam ini sudah sewajarnya dalam dunia keparanormalan sejak zaman dahulu kala, dimana ada sosok yang bakal menjadi cikal seorang pemimpin. maka seluruh bangsa gaibiah akan dengan antusiasnya berebut memamerkan dirinya untuk bisa sedekat mungkin dengannya. Untuk mengungkapkan lebih lanjut perjalanan Bung Karno menuju Pelabuhan Ratu, yang dimulai pada hari Kamis pon, Ba’da Subuh, Syawal 1938H, pertama kalinya perjalanan ini dimulai dari kota Klaten Jawa Tengah. Di tengah hutan Roban, Semarang, beliau diminta turun oleh sosok hitam berambut jambul, yang mengaku bernama, Setopati asal dari bangsa jin, dan memberikan pusaka berupa cundrik kecil, berpamor Madura dengan besi warna hitam legam. Manfaatnya, sebagai wasilah bisa menghilang. Juga saat melintas kota Brebes dan Cirebon, beliau disuruh turun oleh (empat) orang yang tidak di kenal 1. Benama Kyai Paksa Jagat, dari bangsa Sanghiyang, memberikan sebuah keris beluk-5, manfaatnya sebagai wasilah, tidak bisa dikalahkan dalam beragumen. 2. Bernama Nyai Semporo, asal dari Selat Malaka, yang ngahyang sewaktu kejadian Majapahit dikalahkan oleh Demak Bintoro, beliau memberikan sebuah tusuk konde yang dinamai, Paku Raksa Bumi, manfaatnya, mempengaruhi pikiran manusia. 3. Bernama Kyai Aji, asal dari siluman Seleman, beliau memberikan sebuah pusaka berupa taring macan, manfaatnya, sebagai kharisma dan kedudukan derajat. 4. Bernama Ki Jaga Rana, memberikan sebuah batu mustika koplak, berwarna merah cabe, manfaatnya sebagai daya tahan tubuh dari segala cuaca. Lalu saat melintas hutan Tomo Sumedang, beliaupun dihadang oleh seorang nenek renta yang mengharuskannya turun dari mobil, mulanya Bung Karno, enggan turun, namun saat melaluinya untuk terus melajukan mobil yang dikendarainya, ternyata mobil tersebut tidak bisa jalan sama sekali, disitu beliau diberikan satu buah mustika Yaman Ampal, sebagai wasilah kebal segala senjata tajam. Juga saat melintas digerbang perbatasan Sukabumi, beliau dihadang oleh segerombolan babi hutan, yang ternyata secara terpisah, salah satu dari binatang tadi meninggalkan satu buah mustika yang memancarkan sinar kemerahan berupa cungkup kecil yang didalamnya terdapat satu buah batu merah delima mungil. Sesampainya ditempat yang dituju, Bung Karno dan temannya mulai mempersiapkan rambe rompe berupa sesajen sepati, sebagai satu penghormatan kepada seluruh bangsa gaib yang ada di tempat itu, tepatnya malam rabo kliwon, Bung Karno, mulai mengadakan ritual khususiah secara terpisah dengan temannya, semua ini beliau lakukan agar jangan sampai mengganggu satu sama lainnya dalam aktifitas menuju penghormatan kepada bangsa gaib yang mengundangnya. Dua malam beliau melakukan ritual tapa brata, dengan cara sikep kejawen yang biasa dilakukannya saat menghadapi penghormatan kepada bangsa gaib, lepas pukul 24.00, Seorang bersorban dan wanita cantik yang tiada tara datang menghampirinya, mereka berdua tak lain adalah Sunan KaliJaga dan Nyimas Nawang Wulan Sari Pajajaran, yang sengaja mengundangnya. “Anakku..!! Dalam menghadapi peranmu yang sebentar lagi dimulai, ibu hanya bisa memberikan sementara sejodoh mustika yang diambil dari dasar laut Nirsarimayu (dasar laut pantai selatan sebelah timur kaputrennya) ini mustika jodohnya dari yang sudah kamu pegang saat ini, gunakanlah mustika ini sebagai wasilah kerejekian guna membantu orang yang tidak mampu, sebab inti dari kekuatan yang terkandung didalamnya, bisa memudahkan segala urusan duniawiah sesulit apapun” Lalu setelah berucap demikian, kedua sang tokoh pun langsung menghilang dari pandangannya. Kini tinggal Bung Karno, sendirian yang langsung menelaah segala ucapan dari Ibu Ratu, barusan. Didalam tatacara ilmu supranatural, cara yang dilakukan oleh Bung Karno, diam menafakuri setelah kedapatan hadiah dari bangsa gaib tanpa harus meninggalkan tempat komtemplasi terlebih dahulu, adalah suatu tatakrama yang sangat dihormati oleh seluruh bangsa gaib dan itu dinamakan, Sikep undur / tatakrama perpisahan. Dari kejadian itu Bung Karno, langsung mengambil sikap diam dalam perjalanan pulang sambil berpuasa hingga sampai rumah / tempat kembali semula, cara seperti ini disebut sebagai, Ngaula hamba / mentaati peraturan gaib supaya apa yang sudah dimilikinya bisa bermanfaat lahir dan bathin. Dalam kisah ini bisa diambil kesimpulan bahwa, segala sesuatunya bisa bermanfaat, apabila disertai kerja keras dan tetap memegang penghormatan dalam menggunakan apapun yang bersifat gaibiyah, bukan malah sebaliknya, berandai-andai yang mengakibatkan kita jadi malas. Kisah ini sudah mendapatkan ijin dari Ahlul Khosois, Habib Umar Bin Yahya, Pekalongan, Habib Nawawi Cirebon, Habib Nur, Indramayu dan Mbah Moh, dari Pertanahan Kebumen Jawa Tengah.
Perjalanan Sejarah Ir. Ahmad Soekarno dalam menentukan Pancasila sebagai Lambang Negara dan 17 Agustus 1945 sbg Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Perjalanan ini dimulai saat Anak Bung Karno yaitu Guntur Soekarno Putra berumur 10 Tahun (Di Gunung Guntur Garut). Terjadilah dialog antara Bung Karno dengan para Tokoh Spiritualnya itu. Setelah dialog itu lalu Bung Karno pergi ke Gunung Salak – BOGOR yaitu di Taman Sari di dekat sebuah Pohon Waru untuk berkhalwat, bermunajat kepada Allah SWT. Khalwat Hari I (Pertama) BUNG KARNO Dalam khalwat pada hari pertama itu, Bung Karno memohon bermunajat kepada Allah SWT; Apakah kiranya yang akan dipakai sebagai Lambang Negara Republik Indonesia ini? Pada hari itu tiba-tiba muncul se-ekor Burung Elang Bondol dan mendarat di Pohon Waru. Bung Karno berpikir, mungkinkah ini yang akan dijadikan Lambang Negara ? namun akhirnya Bung Karno meneruskan kembali khalwatnya memohon petunjuk dari Allah SWT. Khalwat Hari II (Kedua) BUNG KARNO Khalwat pada hari ke-Dua itu mendarat se-ekor Burung Elang Laut di pohon waru, yang besarnya melebihi Burung Elang Bondol. Saat Bung Karno melihat burung itu, ia berpikiran mungkinkah ini, tetapi Bung Karno akhirnya berpikiran mungkin bukan ini petunjuk dari Allah sebagai Lambang Indonesia sehingga Bung Karno akhirnya melanjutkan lagi khalwatnya. Khalwat Hari III (Ketiga) BUNG KARNO Pada khlawat hari yang ketiga itu tiba-tiba Bung Karno melihat dari atas udara turun se-ekor Burung Elang yang dari jauh kelihatan kecil lama kelamaan menjadi besar dan mendarat di Pohon Waru. Burung Elang itu mempunyai Bentangan Sayap 1,5 – 1,8 Meter yang berwarna Emas. Selanjutnya Burung Elang itu disebut juga Burung Rajawali yang merupakan Burung khas Indonesia khususnya Jawa Barat. Setelah melihat Burung Rajawali (Elang) yang sedemikian besar itu, lalu Bung Karno meminta Petunjuk kepada Allah SWT. Jika Burung Rajawali ini benar sebagai Lambang Negara Republik Indonesia, Bung Karno mohon diberikan petunjuk dan tandanya. Sehingga pada saat itu tiba-tiba Burung Rajawali itu Mengepakkan Sayapnya sebanyak 3 (tiga) kali sambil mengangguk dan lalu berdiri sambil menunjukkan Dadanya. Selanjutnya Bung Karno pada saat itu berkeyakinan bahwa Burung Rajawali itu sebagai Lambang Negara Republik Indonesia. Dialog Bung Karno tentang Lambang Negara Setelah kejadian itu lalu Bung Karno mengadakan Dialog dengan Para Tokoh Spritritual, antara lain: Mama Amilin Abdul Jabbar berpendapat ; Burung Elang atau Rajawali diganti namanya menjadi Burung Garuda. Eyang Santri Kalamullah berpendapat; Burung itu adalah Burung Garuda dengan Bahasa Alam utk Akhirat dan Agama. Dari Dialog itu maka Bung Karno bersepakat bahwa Lambang Negara Republik Indonesia adalah Burung Garuda. Dialog Hari Penentuan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Pada masa itu Bung Karno mengusulkan tanggal 15 Agustus 1945 adalah sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia. Tetapi Eyang Santri Kalamullah mengusulkan Hari Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agurtus 1945. Sehingga pada rapat tersebut akhirnya semua sepakat bahwa 17 Agustus 1945 sebagai Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Adapun makna dari pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah sebagai berikut : a. 17 ; berarti jumlah 17 Raka’at Shalat sehari semalam b. 8 ; berarti 8 Arah Penjuru Mata Angin c. 19 ; 19 huruf Hijaiyah BISMILLAHIRROHMANIRROHIM d. 45 ; berarti jika dijumlahkan menjadi angka 9 (sembilan) yang berarti Wali Songo yang telah berjasa menyebarkan agama Islam di Bumi Nusantara Dari hal ini saja mestinya kita harus Bangga bahwa sesungguhnya Negara yang kita cintai ini yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri atas KASIH dan SAYANG Allah SWT yang dilimpahkan untuk Bumi Nusantara ini. PHOTO DIBAWAH INI,bersama Haji AGUS SALIM
Dalam amanatnya pada hari peringatan Nuzulul Quran di Istana Negara, 6 Maret 1961, ia mengaku pernah di tanya soal kepercayaannya kepada tuhan."Apakah Bung Karno yang intelektual, Bung Karno yang profesor, yang insinyur, yang dokter percaya adanya tuhan ? saya jawab tegas ya saya percaya. Apa bukti tuhan ada ? saya berkata, sering saya becakap-cakap dengan tuhan. saya sering meminta kepada zat itu, dan zat itu sering memberikan kepadaku apa yang ku minta. Nah itulah satu bukti nyata bagiku bahwa tuhan itu ada." Soekarno sendiri mengakui pernah terjadi suatu evolusi iman pada dirinya. ketika ia di dalam penjara sukamiskin."Di dalam penjara, ini salah satu hikmah saya mempelajari agama. Sekeluar dari penjara sya menjadi manusia yang mati-matian percaya kepada Allah dan Muhammad. kejadian di Brastagih mempertebal keimananku lagi." Juli 1955, bung karno menunaikan ibadah haji. Dalam kesempatan itu, ia berziarah ke makam Rasulullah di Masjid Nabawi di Madinah, kemudian melakukan shalat sunnah di Rudha tepat menempati mihrab Nabi dan berdoa serta berdzikir. Setelah berhaji nama Bung Karno menjadi Haji Akbar Ahmad Soekarno.
PHOTO DIBAWAH INI, KETIKA DI MASJID LENINGRAD (Th. 1960)

“Kalau kita makan daging babi sepotong kecil saja, maka seluruh orang akan menyebut Anda kafir!. Tapi coba kalau Anda makan harta anak yatim, memfitnah orang lain, berbuat syirik (menyembah lebih dari satu Tuhan), tidak ada yang ribut!”, tulis Soekarno pada sebuah sebuah majalah Islam di tahun 1940.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Semasa menjabat sebagai presiden, ada beberapa karya arsitektur yang dipengaruhi atau dicetuskan oleh Soekarno. Juga perjalanan secara maraton dari bulan Mei sampai Juli di tahun 1956 ke negara-negara Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jerman Barat dan Swiss. Membuat cakrawala alam pikir Soekarno semakin kaya dalam menata Indonesia secara holistik dan menampilkannya sebagai negara baru merdeka[14]. Soekarno membidik Jakarta sebagai wajah muka Indonesia terkait beberapa kegiatan berskala internasional yang diadakan di kota itu, namun juga merencanakan sebuah kota sejak awal yang diharapkan sebagai pusat pemerintahan di masa datang. Beberapa karya dipengaruhi oleh Soekarno atau atas perintah dan koordinasinya dengan beberapa arsitek seperti Frederich Silaban dan R.M. Soedarsono, dibantu beberapa arsitek yunior untuk visualisasi. Beberapa desain arsitektural juga dibuat melalui sayembara • Masjid Istiqlal 1951 • Monumen Nasional 1960 • Gedung Sarinah • Wisma Nusantara • Hotel Indonesia 1962 • Tugu Selamat Datang • Monumen Pembebasan Irian Barat • Patung Dirgantara • Tahun 1955 Ir. Soekarno menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan sebagai seorang arsitek, Soekarno tergerak memberikan sumbangan ide arsitektural kepada pemerintah Arab Saudi agar membuat bangunan untuk melakukan sa’i menjadi dua jalur dalam bangunan dua lantai. Pemerintah Arab Saudi akhirnya melakukan renovasi Masjidil Haram secara besar-besaran pada tahun 1966, termasuk pembuatan lantai bertingkat bagi umat yang melaksanakan sa’i menjadi dua jalur dan lantai bertingkat untuk melakukan tawaf Di beberapa negara Barat, nama Soekarno kadang-kadang ditulis Achmed Soekarno. Hal ini terjadi karena ketika Soekarno pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat, sejumlah wartawan bertanya-tanya, "Siapa nama kecil Soekarno?" karena mereka tidak mengerti kebiasaan sebagian masyarakat di Indonesia yang hanya menggunakan satu nama saja atau tidak memiliki nama keluarga. Entah bagaimana, seseorang lalu menambahkan nama Achmed di depan nama Soekarno. Hal ini pun terjadi di beberapa Wikipedia, seperti wikipedia bahasa Denmark dan bahasa Spanyol. Sukarno menyebutkan bahwa nama Achmed didapatnya ketika menunaikan ibadah haji. Dalam beberapa versi lain, disebutkan pemberian nama Achmed di depan nama Sukarno, dilakukan oleh para diplomat muslim asal Indonesia yang sedang melakukan misi luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan kedaulatan negara Indonesia oleh negara-negara Arab.
“Aku tidak pernah tahu, tidak pernah berkata akan jadi pemimpin, karena aku adalah seorang yang bertindak pada penjajah, hanya berkobarkan semangat dalam dada, pada saat terakhir aku meninggalkan jasadku aku berkata, “Tidak akan aku tinggalkan tanahku, karena rakyatku aku menjadi besar, karena guru-guru dan orang tuaku aku menjadi pemimpin”.
Kekuasaan seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, baginya seperti kehidupan di atas panggung. Berasal dari Allah SWT , tiada karena Allah SWT.
BISMILLAHI MASYA ALLAHU LA YASUUQUL KHAIRA ILALLAH, BISMILLAHI MASYA ALLAHU LA YASRUUFFUS SU'A ILALLAH, BISMILLAHI MASYA ALLAHU LAA HAULA WALA KUWATA ILA BILLAHIL ALIYIL ADZHIM !

Setelah Bung Karno meninggal baru Suharo berani menemuinya

Bung Karno Santai
 
peti jenazah BK 

Akses informasi yang terbatas, penjagaan yang sangat ketat, mengakibatkan tidak satu pun wartawan dapat mengikuti hari-hari terakhir Bung Karno, baik ketika masih dalam perawatan, maupun ketika Bung Karno mangkat. Satu-satunya informasi yang secara terbuka didapat wartawan ketika itu adalah pengumuman resmi tim dokter ihwal meninggalnya Ir. Sukarno, Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia, pagi hari 21 Juni 1970 di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.
Sejurus kemudian, jenazah Bung Karno dibawa ke Wisma Yaso, rumah Dewi Sukarno (sekarang Museum Satria Mandala). Wisma yang tak berpenghuni beberapa hari terakhir, sangat menyedihkan keadaannya.
  
 Soeharto melihat jenazah BK 


Sementara itu, masyarakat ibukota yang sudahmendengar berita kematian Bung Karno, berjejal merangsek ke arah Wisma Yaso, hendak memberi penghormatan terakhir kepada tokoh yang dikagumi dan dicintai.
Tak luput, Presiden Soeharto dan Ibu Tien juga hadir di sana. Sebelumnya, pukul 07.30, atau 30 menit setelah berpulangnya Bung Karno ke Rahmatullah, Soeharto dan Ibu Tien datang ke RSPAD. Dalam otobiografinya, Soeharto mengatakan, “Waktu saya mendengar beliau meninggal pada tanggal 21 Juni 1970, cepat saya menjenguknya di rumah sakit. Setelah itu barulah aku berpikir mengenai pemakamannya”. Dan hari itu, menjadi pertemuan terakhir setelah Soeharto menjatuhkan Bung Karno, dan tidak menemuinya lagi sejak 1967.
Soeharto-Tien di Yaso 

Sebelumnya, Soeharto hanya menyadap berita kematian Sukarno dari para petugas. Dalam beberapa kesempatan, sikap Soeharto terhadap Sukarno dikatakannya sebagai “mikul dhuwur, mendem jero”. Falsafah Jawa itu sejatinya mulia, karena mengandung makna menghormati setinggi-tingginya, dan menyimpan atau mengubur aib sedalam-dalamnya. Falsafah itu oleh Soeharto diartikan dengan mengasingkan Sukarno, dan “membunuhnya” pelan-pelan dalam kerangkengan kejam di Wisma Yaso hingga menjelang ajal.
Tanggal 22 Juni, atau sehari setelah kematiannya, jenazah Sukarno dibawa ke Blitar, Jawa Timur lewat Malang. Sholat jenazah sudah dilakukan malamnya, dengan imam Menteri Agama KH Achmad Dahlan, sedang sholat jenazah oleh rakyat, diimami Buya Hamka.
Soeharto - Tien di Yaso2 
Masih menurut buku TRAGEDI SUKARNO tulisan Reni Nuryanti, ada catatan menarik lain tentang makam Sukarno, yang ternyata hanya dimakamkan di bekas Taman Makam Pahlawan Bahagia Sentul. Nah, ihwal dimakamkannya jenazah Sukarno di Blitar, Soeharto berdalih, adanya dua kehendak, antara permintaan almarhum Bung Karno agar dimakamkan di Bogor, dan keinginan keluarga yang berbeda-beda. Karena itulah akhirnya diputuskan dimakamkan di Blitar.
Banyak pihak menduga, keputusan Soeharto itu sarat politik. Ia tidak menghiraukan testamen atau permintaan ahli kubur bernama Ir. Sukarno, Presiden RI pertama yang menghendaki jika meninggal, minta dimakamkan di Bogor. Para pihak menduga, ada kepentingan jangka panjang dari Soeharto untuk “mengubur lebih dalam” Sukarno beserta nama besar dan kecintaan rakyat kepadanya. Inilah yang di kemudian hari disebut sebagai “desukarnoisasi”, upaya menghapus nama Sukarno dari memori rakyat Indonesia.
Sebaliknya, jika jazad Bung Karno dimakamkan di Bogor, sama saja menghambat langkah Soeharto untuk menenggelamkan nama besar Sukarno. Jarak Bogor  – Jakarta terlalu dekat, sehingga kenangan rakyat tetap melekat. Ini yang secara politis akan mengganggu kewibawaannya. Langkah dan kebijakan untuk melarang semua ajaran Sukarno, langkah menjebloskan 0rang-orang dekat Sukarno ke dalam tahanan tanpa pengadilan, adalah bentuk lain dari upaya Soeharto benar-benar menghabisi Sukarno.
Satu hal yang Soeharto lupa, bahwa kebenaran senantiasa akan mengalir menemukan jalannya sendiri. Sekalipun kebenaran itu sudah dibelokkan. Sekalipun kebenaran itu sudah disumbat. Sekalipun kebenaran itu sudah dikubur dalam-dalam. Dan… kebenaran niscaya akan mengalir dalam sungainya sejarah. (roso daras)



Dewi dan putri2 BK

Ratna Sari Dewi menatap jenazah suaminya. Tampak di belakang, 
Rachmawati, Megawati, Sukmawati.

Rakyat berjejal
Rakyat berjejal memberi penghormatan terakhir kepada Bung Karno. Sementara, sepasukan tentara berjaga-jaga dengan ketat dan senapan di tangan.

Kronologis Wafatnya sang Proklamator
  • Hari ini 42 tahun lalu, Soekarno - Bapak bangsa - meninggal dunia dg tragis. Mati dalam status tahanan politik #MatinyaBK
  • Berbeda dg Syahrir, lawan politiknya yg diijinkan berobat ke LN. Soekarno tdk boleh mendapat perawatan semestinya #MatinyaBK
  • Sebelumnya di pengasingan di Istana Batu Tulis, malah Dokter hewan yg dipanggil utk merawat. Lalu di Jakarta tdk boleh cuci darah #MatinyaBK
  • Dokter Mahar Marjono, meminta alat cuci darah utk ginjalnya Soekarno. Alat tinggal diimpor, hanya penguasa orde baru menolak #MatinyaBK
  • Akibat tidak bisa cuci darah. Wajah & tubuh Soekarno semakin bengkak2. Karena racun ngumpul dlm tubuhnya #MatinyaBK
  • Memang penguasa orde baru ingin bunuh perlahan lahan. Bahkan ketika Soekarno mau cabut gigi. Militer memanggil dr Oei Hong Kian #MatinyaBK
  • Oleh tentara yg jaga Soekarno. Drg. Ong diberi peralatan cabut gigi peninggalan jaman Jepang. Tentu saja Drg Ong menolak memakai #MatinyaBK
  • 6 Juni 1970. Tepat ulang tahunnya BK. Rahmawati sudah melihat ayahnya yg bersuara tidak jelas dan tubuhnya bengkak bengkak #MatinyaBK
  • Rahmawati memotret Soekarno yg bengkak2 ini, lalu fotonya tersebar luas di media. Akhirnya Rahma diinterograsi militer #MatinyaBK
  • Beberapa hari setelah ultah, Bung Karno dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD). Kesehatannya semakin memburuk #MatinyaBK
  • Dewi dan anaknya Karina sudah menunggu di Spore.Menunggu clearance masuk dari penguasa orba utk masuk Jakarta #MatinyaBK
  • Bang Ali sebagai Gub Jakarta melobby Jend Soemitro untuk mengijinkan Dewi masuk utk menengok Soekarno #MatinyaBK
  • Ketika Dewi datang. Ia membawa Karina. " ini ayahmu ". Soekarno tangannya bergerak gerak. Habis itu diam lagi #MatinyaBK
  • Hatta bisa datang menembus karantina, datang menjenguk sahabatnya ini. Soekarno yang tertidur dalam sprei lusuh terbangun #MatinyaBK
  • Hatta melirik ke buah pisang yang dipenuhi ngengat karena sudah lama tak diganti. Mereka berdua berpegangan tangan #MatinyaBK
  • Menurut Meutia Hatta, keduanya tidak bercakap cakap, hanya berpandangan, & Hatta memijit tangan Soekarno. Air mata Hatta menetes #MatinyaBK
  • Namun. Ada yg bilang, Soekarno hanya mengucapkan sepatah kata. " Hatta..Kamu disini ? " Habis itu terdiam. Hatta menangis #MatinyaBK
  • Ketika Hatta pamit pulang, Soekarno meneteskan air matanya. Ia menangis karena tahu bahwa ini adalah pertemuan mereka terakhir #MatinyaBK
  • Sesekali Hatta menoleh kebelakang dan melihat dokter dokter tentara yang tidak peduli. Hatta merasa asing dgn negeri ini #MatinyaBK
  • 21 Juni 1970, pada pukul 04.30 WIB, pihak RSPAD menghubungi Rachma dan saudara2nya. Diminta segera ke RSPAD menemui Bung Karno #MatinyaBK
  • Nafas BK tersenggal senggal, dia sudah hampir tak sadarkan diri subuh itu. Soeharto dibangunkan utk diberi tahu berita ini #MatinyaBK
  • 07.00 WIB, Rachma dan saudara2 nya dipersilakan memasuki ruang Bung Karno. Alat bantu pernafasan dan jarum infus telah dilepas #MatinyaBK
  • Bung Karno tergolek lemah. Matanya tertutup rapat, nafasnya satu-satu. Tak lama, malaikat maut menjemput sang proklamator itu #MatimyaBK
  • Rahma mengenang, Ada satu periode kami tak bisa membesuk bapak. Bahkan seminggu dijatah hanya 3 kali #MatinyaBK
  • Setelah BK dinyatakan meninggal. Anak2BK dipersilahkan kembali ke rumah. Jenasah akan diputuskan penguasa miiter dibawa kemana #MatinyaBK
  • Fatmawati bersikeras jenasah BK dibawa ke rumahnya di Jalan Sriwijaya. " Ini rumah dia, bawa dia kesini " Tapi militer menolak #MatinyaBK
  • Kelak Ibu & ayah saya bercerita pada saya. Tentang kedatangan jenasah BK yg dibawa ke Wisma Yaso ( skrg Musuem Satria Mandala ) #MatinyaBK
  • Kembali ke kesaksian yang diceritakan ibu saya. Saat itu belum banyak yang datang, termasuk keluarga Bung Karno sendiri #MatinyaBK
  • Bung Karno meninggal mengenakan sarung lurik warna merah serta baju hem coklat. Wajahnya bengkak dan rambutnya sudah botak #MatinyaBK
  • Kita tidak membayangkan kamar yang bersih, dingin berAC dan penuh dengan alat alat medis disebelah tempat tidurnya di Wisma Yaso #MatinyaBK
  • Yang ada hanya termos dengan gelas kotor, serta buah yang sudah hitam dipenuhi jentik jentik seperti nyamuk #MatinyaBK
  • Kamarnya luas & jendelanya blong tidak ada gordennya. Dari dalam terlihat halaman belakang yg ditumbuhi alang2 setinggi dada #MatinyaBK
  • Setelah itu Bung Karno diangkat. Tubuhnya dipindahkan ke atas karpet di lantai di ruang tengah. Masih sedikit yg hadir #MatinyaBK
  •  
  • Kemudian beberapa orang disana sungkem kepada jenasah, sebelum akhirnya Guntur Soekarnoputra datang, dan juga orang orang lain #MatinyaBK
  • Dalam catatan Kolonel Saelan,“ BK diinterogasi dengan cara yang amat kasar, dengan memukul mukul meja dan memaksakan jawaban #MatinyaBK
  • Selain itu Dr Kartono Mohamad, : BK hanya diberi vitamin B, B12 dan duvadillan, padahal penyakitnya Ginjal #MatinyaBK
  • Namun Pemerintah orde baru juga kebingungan kemana hendak dimakamkan jenasah proklamator #MatinyaBK
  • Walau BK ingin kelak dimakamkan di Istana BatuTulis . Pihak militer tak mau ambil resiko makam Soekarno berdekatan dg ibu kota #MatinyaBK
  • Maka dipilih Blitar, kota kelahirannya sbg peristirahatan terakhir. Tentu saja Presiden Soeharto tidak menghadiri pemakaman ini #MatinyaBK
  • Jenasah BK secara resmi disemayamkan di Wisma Yaso. Jutaan rakyat bagai semut berkumpul memadati jalanan #MatinyaBK
  •  
  • Jenasah BK dibawa menuju Halim utk diterbangkan dengan Hercules ke Madiun. Jend M Panggabean akan jadi Inspektur upacara #MatinyaBK
  • Edhie Sunarso seorang pematung yg sedang mengerjakan Tugu Dirgantara Pancoran, melihat dari atas patung, iring iringan jenasah #MatinyaBK
  • Ia langsung turun dan ikut rombongan menuju Blitar. Ia mengenang, ketika sakitpun BK menjual mobil pribadinya utk biaya patung #MatinyaBK
  • Sangat berbeda dengan perlakuan thd mantan Presiden Soeharto, yg tersedia dokter an peralatan canggih utk memperpanjang hidupnya #MatinyaBK
  • Sekalipun Soeharto tdk pernah datang berhadapan dengan pemeriksanya, dan tim kejaksaan harus datang ke rumahnya di Cendana #MatinyaBK
  • Bahkan tim Kejaksaan harus menyesuaikan dengan jadwal tidur siang sang Presiden Soeharto ! #MatinyaBK
  • Fatmawati tetap keras kepala sampai ajal BK. Ia tak mau menghadiri ke pemakaman suaminya. Ia tdk memaafkan BK yg kawin lagi #MatinyaBK

  • Namun satu hal , ia tetap mencintai Bung Karno. Dengan caranya sendiri. Ia mengirim bunga ke Wisma Yaso #MatinyaBK
  • Ia hanya mengirim karangan bunga bertuliskan. “ Cintamu yang selalu menjiwai rakyat. Cinta Fat “ #MatinyaBK
 

Saturday, November 24, 2012

Diplomasi ala Bung Karno

Bung Karno sebagai proklamator tak bisa kita pungkiri. Tetapi Bung Karno sebagai diplomat ulung belum banyak tersiar. Bahkan saat beliau masih dalam kegemilangan kuasa, yang dianggap sebagai diplomat ulung Indonesia adalah mr. Soebandrio. Bung Karno tak dicantumkan sebagai salah seorang diplomat ulung dalam jajaran para diplomat kita, walaupun beliau tak bisa dipungkiri adalah salah seorang pemimpin di panggung dunia di jamannya.
Terkait hubungan RI-Malaysia yang masih memanas saat ini, saya terinspirasi dengan dua kisah yang saya lupa sumbernya. Kisah ini adalah mengenai taktik Bung Karno dalam berdiplomasi untuk membela kepentingan Indonesia di dunia Internasional.


Kisah Pertama, terjadi pada saat rapat pimpinan antar negara dalam rangka membentuk aliansi dunia ketiga yakni aliansi bangsa-bangsa Asia-Afrika (belakangan oleh Bung Karno diperluas menjadi Asia, Afrika dan Amerika Latin). Pada sebuah sidang yang dihadiri oleh para pemimpin peserta, terjadi proses pengambilan keputusan yang panjang dan bertele-tele, tidak mengkerucut pada satu kesimpulan. Lalu, bung Karno mengambil inisiatif mendekati Nehru dan membisikkan sesuatu lalu ditanggap dengan anggukan oleh Nehru. Kemudian Bung Karno beranjak ke posisi Gamal Abulnasser, membisikkan sesuatu dan ditanggap dengan anggukan pula oleh si pemimpin negeri Mesir ini.
Tak lama setelah kedua aksi bisik oleh Bung Karno tersebut, ia pun meminta giliran untuk menyampaikan pendapat dan mengusulkan diselenggarkannya Konferensi Asia Afrika di Bandung. Usulan tersebut langsung ditanggapi setuju oleh para hadirin, baik yang berbeda maupun yang sama pendapat.
Rupanya, melihat perbedaan pendapat yang meruncing Bung Karno menggunakan figur Abdul Naser dan Gandi yang berpengaruh masing-masing di Afrika dan Asia. Konon, menurut pengakuan Bung Karno dalam buku yang saya baca tersebut sesungguhnya beliau tak membisikkan sesuatu pesan politik apapun ke telinga kedua pemimpin berpengaruh tersebut. Beliau hanya mengajak makan siang bareng sehabis pertemuan yang melelahkan, bertele-tele dan tak seia-sekata tersebut. Tapi ternyata anggukan kedua pemimpin berpengaruh tersebut dianggap sebagai persetujuan terhadap gagasan Bung Karno yang ia sampaikan beberapa saat setelah berbisik dan diangguki. (maaf sekali lagi para pembaca yang budiman, saya lupa bukunya. Saya ingat buku tersebut adalah buku lama yang saya dapatkan loakan cikapundung, Bandung. kalau ga salah buku tersebut berisi komunikasi antara Guntur Soekarnoputra dengan Bung Karno).
 
Kisah kedua, (lagi-lagi saya tak ingat persis sumbernya, entah dari pembicaraan dengan para senior atau dari salah satu buku Pramoedya Anatatoer atau buku Kolonel Latief. Silahkan kalau ada para rekan yang ingat, mohon saya diingatkan). Kisah kedua ini mengenai kunjungan mendadak Menlu RRC saat sibuk-sibuknya pemerintahan Bung Karno mempersiapkan ajang Games Of New Emerging Forces (Ganefo), sebuah event tandingan terhadap Olimpiade yang diikuti oleh negara-negara Konferensi Asia, Afrika dan Amerika Latin. Konon, didapatkan informasi dari biro intelijen luar negeri bahwa Menlu RRC akan berkunjung ke Indonesia sekitar dua minggu ke depan.
Kunjungan mendadak dan tempo yang singkat antara informasi kunjungan dengan pelaksanaan kunjungan membuat para pemimpin Indonesia kelabakan. Kementrian luar negeri di bawah Soebandrio meminta informasi akurat dari kedutaan dan jejaring informasi luar negeri mengenai maksud kunjungan menlu RRC tersebut. Namun baru dua hari menjelang kunjungan menlu RRC tersebut barulah didapatkan informasi maksud kunjungan tersebut. Ternyata maksud kunjungan tersebut adalah mempertanyakan kebijakan pemerintahan Bung Karno yang membatasi ruang gerak bisnis etnis Tionghoa di Indonesia, hanya boleh di Kota Kabupaten, jadi etnis tionghoa tidak boleh berbisnis di kota kecamatan, apa lagi sampai ke desa.
Berhubung maksud kunjungan tersebut baru diterima dua hari menjelang kedatangan tamu kehormatan. Soebandrio dan jajaran Menlu RI gugup serta panik karena belum sempat mengumpulkan informasi untuk memberi jawaban yang memuaskan sang sahabat yang sangat diperlukan tersebut (sangat dibutuhkan karena RRC dan Rusia sangat dibutuhkan bantuannya dalam persiapan program Ganefo yang sedang dalam progres). Maka Soebandrio pun menghadap Bung Karno dan menyampaikan maksud kunjungan Perdana Menteri RRC dan berkonsultasi bagaimana cara menajawabnya. Lalu, Bung Karno dengan enteng menjawab: “sudah, nanti yang menyambut dan menemuinya oleh saya saja”, begitulah kira-kira jawaban Bung Karno kepada Soebandrio.
Ketika tamu kehormatan itu datang. Bung Karno dengan santai dan hangat menyambut tamu dengan hangat. Ketika sampai pada topik pembicaraan mengenai misi diplomasi Menlu RRC, Bung Karno menjelaskan bahwa RRC dan Indonesia adalah sesama negara sosialis. Dalam hubungan ideologis ini, RRC adalah saudara tua bagi Indonesia yang masih baru. Bung Karno menjelaskan pula bahwa di desa-desa Indonesia pada dasarnya sudah menganut sosialisme secara kultural. Sedangkan di perkotaan nafsu kapitalisme masih mengancam sosialisme Indonesia, oleh karena itu saudara-saudara kita yang etnis Tionghoa diminta berkonsentrasi melakukan peran ekonomi sosialismenya di perkotaan.
Penjelasan Bung Karno  tersebut entah memuaskan atau membuat Menlu RRC mati kutu tak bisa menjawab, yang jelas Menlu RRC kemudian pulang ke negrinya dan hubungan RRC-Indonesia tetap baik-baik dan mesra sesudah pertemuan itu hingga berakhirnya masa kekuasaan Bung Karno.
Tulisan ini sekedar refleksi atas peran diplomatik Indonesia yang meredup di panggung internasional dan tak berdaya menghadapi malaysia. Ketika sebagian dari kita menyikapi secara emosional perilaku malaysia terhadap rakyat dan aparat kita, sementara Kementrian Luar Negeri kita dan pemimpin pemerintahannya tak berbuat suatu apa pun untuk membela dan mempertahankan martabata dan kedaulatan negara kita. Kita hanya bisa bersuara meneriakkan kemarahan terhadap negara tetangga kita.
Tulisan ini bermaksud mengingatkan pula bahwa diplomasi tidaklah selalu berkait dengan kekuatan nyata persenjataan. Artinya sikap keras dan tegas RI tidaklah selalu bermakna ancaman perang dalam hubungan dengan negara lain. Selama ini, setiap kali hubungan kita dengan Malaysia menegang selalu dikaitkan dengan kekuatan angkatan perang. Padahal dalam hubungan luar negeri, walaupun ada adagium mengatakan, “jika ingin damai bersiaplah berperang” tidaklah berarti bahwa hubungan diplomatik hanya dan hanya berkorelasi dengan kekuatan, melainkan lebih berkorelasi terhadap kepentingan ekonomi.
Beberapa dekade belakangan ini memang pejabat negara kita tidak inspiratif dan kreatif dalam mengemban amanah negeri. Hal ini tidak hanya terjadi dalam persoalan hubungan luar negeri, melainkan keseluruhan sektor. Menurut saya, kurangnya daya kreatif ini oleh karena para pejabat tidak punya jiwa dedikasa dalam jabatan yang diembannya. Para pejabat lebih berpikir dan menimbang-nimbang apakah langkah yang dibuatnya akan beresiko terhadap jabatan serta dapat mengurangi porsi kekuasaan dan nikmat yang diperolehnya atau tidak. Beginilah kalau budaya korupsi sudah mengakar dan merasuki mental bangsa, nasionalisme tergerus dan harga diri tak dipedulikan.

Sunday, November 11, 2012

Sukarno di mata dunia

1-Presiden Soekarno Dan Mesjid Biru Di Rusia

Memang, hubungan antara masjid ini dengan mantan Presiden pertama Indonesia, Soekarno, tidak bisa dipisahkan. Di negeri komunis Uni Soviet, nama Soekarno sangat dikenal. Bukan hanya dianggap sebagai teman dalam Perang Dingin melawan poros Barat, namun juga sebagai presiden muslim yang memberikan 'berkah' bagi sebagian muslim di negeri beruang merah ini.


Menurut Ja'far Nasibullah, suatu hari di tahun 1955, Soekarno berkunjung ke St Petersburg yang saat itu masih bernama Leningrad. Ia datang dan menikmati kota indah ini dengan putri kecilnya yang bernama Megawati Soekarnoputri.
Dari dalam mobil itu, Soekarno sekilas melihat sebuah bangunan yang unik dan tidak ada duanya. Sopir diminta memutar haluan untuk melihat bangunan tersebut. Namun, sang sopir tak menuruti permintaan orang nomor satu RI itu. Tidak ada perintah untuk memutar apalagi berhenti.
Pada zaman itu, di bawah pemerintahan komunis nyaris tidak ada kekuasaan dan kesempatan berdiskusi yang diberikan kepada seorang sopir. Dari pembicaraan dengan beberapa pihak, Soekarno akhirnya tahu bahwa gedung itu adalah sebuah masjid yang saat itu dijadikan gudang.
Dalam suatu pertemuan dengan pejabat setempat, Presiden melontarkan permintaan agar pada hari berikutnya diatur suatu kunjungan ke masjid yang dilihatnya. Namun aturan protokoler tidak memungkinkan karena acara yang disusun sudah sangat padat.
Setelah dua hari menikmati keindahan kota St Petersburg yang saat itu masih bernama Leningrad, Soekarno terbang ke Moskow untuk melakukan pembicaraan tingkat tinggi guna membahas masa depan kerja sama bilateral dan berbagai posisi kunci dalam Perang Dingin yang terus memuncak.
Dalam bincang-bincang di istana Kremlin itu sempat tersiar kabar suatu pembicaraan yang unik diantara kedua pemimpin bangsa.
''Bagaimana kunjungan ke Leningrad tuan Presiden. Tentu sangat menyenangkan, bukan?,'' tanya pemimpin Rusia.
Diluar dugaan Soekarno memberikan jawaban yang mengagetkan. ''Rasanya saya belum pernah ke Leningrad,'' ujar Soekarno.
''Tuan Presiden memang pandai bertutur. Ada apa yang salah dengan Leningrad. Bukannya kemarin dua hari berjalan-jalan dengan sang puteri di sana.''
''Ya. Kami memang berada disana, tapi kami belum kesana.''
''Kenapa begitu?''
''Karena kami tidak pernah diberikan kesempatan untuk mengunjungi bangunan yang disebut masjid biru.''
Kunjungan Soekarno ke Rusia berjalan lancar dan seolah tidak pernah ada apapun yang terkait dengan masalah agama ataupun masjid. Soekarno juga tidak banyak membicarakan lagi tentang masjid yang pernah dilihatnya di kota terindah di Uni Soviet tersebut.
Meskipun begitu, diam-diam banyak kalangan muslim memasang kuping atas berbagai kejadian yang dialami oleh tamu kehormatan dari Indonesia tersebut.
Seminggu setelah kunjungan usai. Sebuah kabar gembira datang dari pusat kekuasaan, Kremlin di Moskow. Seorang petinggi pemerintah setempat mengabarkan bahwa satu-satunya masjid di Leningrad yang telah menjadi gudang pasca revolusi Bolshevic tersebut bisa dibuka lagi untuk beribadah umat Islam, tanpa persyaratan apapun. Sang penyampai pesan juga tidak memberikan alasan secuilpun mengapa itu semua bisa terjadi.
''Umat Islam di St Petersburg mengenal dengan baik Presiden Soekarno. Kita sangat berterima kasih kepada almarhum Soekarno. Kami akan ingat jasa-jasanya,' ujar mufti Ja'far Nasibullah. Tanpa Soekarno, katanya mungkin masjid indah ini sudah hancur sebagaimana masjid dan gereja lainnya.
Hingga kini, masjid yang didirikan pada tahun 1910-1921 itu masih berdiri megah. Dua menaranya menjulang setinggi 48 meter sedangkan kubahnya yang dibalut keramik warna biru sangat gagah dengan ketinggian 39 meter. Tempat ibadah umat Islam yang diarsiteki oleh dua orang nasrani bernama Vaslilier dan Alexander Von Googen ini memang mirip dengan sebuah masjid di Samarkand, Asia Tengah.
Meskipun sempat akan hancur kubahnya pada tahun 1980an, namun berkat kebaikan hati beberapa pemimpin komunis era Uni Soviet dan pinjaman seseorang yang beragama Ortodoks, maka renovasi selama 18 tahun telah mengembalikan kemegahan rumah Allah di bumi utara tersebut.
''Sebagai muslim, saya harus jujur dan mengucapkan terima kasih bukan hanya kepada umat Islam yang senantiasa memakmurkan masjid ini. Tetapi juga kepada pemerintah pada masa komunis, pemerintah sekarang dan juga para donatur yang berbeda agama. Semoga Allah SWT memberikan balasannya atas kebaikan mereka,'' ungkap Ja'far.

2. Mesir -Jalan Ahmad Soekarno


Puncak harmonisnya hubungan RI – Mesir, terjadi ketika kedua negara ini dipimpin oleh Ir. Soekarno dari Indonesia dan Gammal Abdul Nasser dari Mesir. Untuk diketahui, Presiden Indonesia pertama dikenal di Mesir dengan nama Ahmad Soekarno. Penambahan nama Ahmad dilakukan oleh para mahasiswa Indonesia di Mesir untuk memperkuat nuansa keislaman sehingga menarik perhatian masyarakat Mesir bahwa Presiden Indonesia beragama Islam, seragam dengan nama Wakil Presiden yang diawali nama Mohammad, lengkapnya Mohammad Hatta. Keduanya (Ahmad dan Muhammad) merupakan nama-nama Islami.
Tercatat, enam kali Soekarno menggunjungi negeri firaun ini.Selain itu, persahabatannya dengan Nasser dan aktifitas keduanya sebagai pemrakarsa di Konferensi Asia-Afrika, membuat nama Presiden Soekarno begitu harum di mata pemerintah dan rakyat Mesir, sehingga namanya diabadikan sebagai nama jalan di Mesir. Letaknya bersebelahan dengan Jalan Sudan, Daerah Kit-Kat Agouza Geiza. Jalan ini bisa dicapai dari kawasan mahasiswa di al-Hay al-Asyir (Sektor 10) Madinat al-Nashr (Nasr City) dengan menaiki bus hijau nomor 109 dan 167.

3. Maroko - Jalan Soekarno


Jika di Jakarta ada jalan bernama Casablanca, sebuah kota terkenal di Maroko, maka di Maroko juga terdapat nama-nama jalan berbau Indonesia. Tak tanggung-tanggung nama presiden pertama Indonesia, Soekarno, ‘dicatut’ menjadi nama jalan di Ibokota Maroko, Rabat. Rupa-rupanya Maroko terkesan dengan sosok Soekarno. Nama jalan tersebut diresmikan sendiri oleh Bung Karno bersama Raja Muhammad V saat kunjungan beliau ke Maroko pada 2 Mei 1960. Nama jalannya waktu itu: ‘sharia Al-Rais Ahmed Sukarno’ yang sekarang terkenal dengan nama Rue Suokarno. Jalan ini berdekatan dengan kantor pos pusat Maroko.
Dipilihnya nama Soekarno, karena Soekarno adalah pencetus Konferensi Asia Afrika (KAA) pada tahun 1955. Nama tersebut dipilih sebagai penghargaan terhadap Presiden Soekarno. Seperti diketahui, hasil KAA saat ini mulai dirasakan oleh negara-negara peserta, termasuk Maroko sendiri. Sebagai bentuk persahabatan dua bangsa, di Jakarta pun kita temui ruas jalan dengan nama Jalan Casablanca.

4. Pakistan-Jalan Soekarno

Pakistan begitu menghormati Bung Karno. Ada dua tempat di Pakistan yang dinamai dengan nama beliau yakni Soekarno Square Khyber Bazar di Peshawar, dan Soekarno Bazar, di Lahore. Penamaan Soekarno ini tidak lepas dari sepak terjang kedua negara. Pakistan sangat segan kepada sosok Bung Karno. Bahkan hingga kini kalangan militer Pakistan masih ingat jasa Bung Karno yang mengirim TNI AL berpatroli di laut selatan Pakistan saat konflik memanas antara Pakistan dan India di tahun 1965. Sebaliknya, pendiri Pakistan Quaid Azzam Ali Jinnah pernah meminta menahan seluruh pesawat Belanda yang singgah di Pakistan pada 1947, ketika Belanda ingin menyerang Indonesia.
Pemerintah Indonesia juga menghargai jasa prajurit Pakistan, yang ketika itu ikut rombongan sekutu. Rombongan ratusan prajurit Pakistan itu tadinya diperintahkan menyerang Indonesia ketika sekutu sampai di Surabaya November 1945. Namun mereka berontak dan memilih berperang di sisi Indonesia. Dari total 600 tentara Pakistan, sebanyak 500 orang gugur di Surabaya. Pada Agustus 1995, Indonesia memberikan medali Indenpendece War Awards kepada tentara Pakistan ini.

5. Kuba -Perangko Soekarno


Tahun 2008 lalu, pemerintah Kuba menerbitkan perangko seri Bung Karno dengan Fidel Castro dan salah seorang pemimpin gerilya Kuba kelahiran Argentina, Che Guevara. Perangko bernilai historis dan patriotik itu, diterbitkan untuk mengenang hubungan diplomatik kedua negara, sekaligus berkenaan dengan perayaan HUT ke-80 Fidel Castro.
Bung Karno mengunjungi Havana, Kuba, pada tanggal 9 hingga 14 Mei 1960. Ia menjadi kepala negara pemerintahan asing pertama yang mengunjungi Kuba setelah Revolusi 1959. Di bandara udara, Bung Karno yang dianggap ikut menginspirasi revolusi Kuba disambut oleh tokoh-tokoh penting Kuba selain Presiden Osvaldo Dorticos, Perdana Menteri Fidel Castro Ruz, dan Gubernur Bank Nasional Che Guevara juga Menteri Luar Negeri Dr. Raul Roa Garcia.