Footer Widget #4

EnglishFrenchGermanSpainItalianDutchRussianPortugueseJapaneseKoreanArabicChinese Simplified

Friday, December 21, 2012

Setelah Bung Karno meninggal baru Suharo berani menemuinya

Bung Karno Santai
 
peti jenazah BK 

Akses informasi yang terbatas, penjagaan yang sangat ketat, mengakibatkan tidak satu pun wartawan dapat mengikuti hari-hari terakhir Bung Karno, baik ketika masih dalam perawatan, maupun ketika Bung Karno mangkat. Satu-satunya informasi yang secara terbuka didapat wartawan ketika itu adalah pengumuman resmi tim dokter ihwal meninggalnya Ir. Sukarno, Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia, pagi hari 21 Juni 1970 di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.
Sejurus kemudian, jenazah Bung Karno dibawa ke Wisma Yaso, rumah Dewi Sukarno (sekarang Museum Satria Mandala). Wisma yang tak berpenghuni beberapa hari terakhir, sangat menyedihkan keadaannya.
  
 Soeharto melihat jenazah BK 


Sementara itu, masyarakat ibukota yang sudahmendengar berita kematian Bung Karno, berjejal merangsek ke arah Wisma Yaso, hendak memberi penghormatan terakhir kepada tokoh yang dikagumi dan dicintai.
Tak luput, Presiden Soeharto dan Ibu Tien juga hadir di sana. Sebelumnya, pukul 07.30, atau 30 menit setelah berpulangnya Bung Karno ke Rahmatullah, Soeharto dan Ibu Tien datang ke RSPAD. Dalam otobiografinya, Soeharto mengatakan, “Waktu saya mendengar beliau meninggal pada tanggal 21 Juni 1970, cepat saya menjenguknya di rumah sakit. Setelah itu barulah aku berpikir mengenai pemakamannya”. Dan hari itu, menjadi pertemuan terakhir setelah Soeharto menjatuhkan Bung Karno, dan tidak menemuinya lagi sejak 1967.
Soeharto-Tien di Yaso 

Sebelumnya, Soeharto hanya menyadap berita kematian Sukarno dari para petugas. Dalam beberapa kesempatan, sikap Soeharto terhadap Sukarno dikatakannya sebagai “mikul dhuwur, mendem jero”. Falsafah Jawa itu sejatinya mulia, karena mengandung makna menghormati setinggi-tingginya, dan menyimpan atau mengubur aib sedalam-dalamnya. Falsafah itu oleh Soeharto diartikan dengan mengasingkan Sukarno, dan “membunuhnya” pelan-pelan dalam kerangkengan kejam di Wisma Yaso hingga menjelang ajal.
Tanggal 22 Juni, atau sehari setelah kematiannya, jenazah Sukarno dibawa ke Blitar, Jawa Timur lewat Malang. Sholat jenazah sudah dilakukan malamnya, dengan imam Menteri Agama KH Achmad Dahlan, sedang sholat jenazah oleh rakyat, diimami Buya Hamka.
Soeharto - Tien di Yaso2 
Masih menurut buku TRAGEDI SUKARNO tulisan Reni Nuryanti, ada catatan menarik lain tentang makam Sukarno, yang ternyata hanya dimakamkan di bekas Taman Makam Pahlawan Bahagia Sentul. Nah, ihwal dimakamkannya jenazah Sukarno di Blitar, Soeharto berdalih, adanya dua kehendak, antara permintaan almarhum Bung Karno agar dimakamkan di Bogor, dan keinginan keluarga yang berbeda-beda. Karena itulah akhirnya diputuskan dimakamkan di Blitar.
Banyak pihak menduga, keputusan Soeharto itu sarat politik. Ia tidak menghiraukan testamen atau permintaan ahli kubur bernama Ir. Sukarno, Presiden RI pertama yang menghendaki jika meninggal, minta dimakamkan di Bogor. Para pihak menduga, ada kepentingan jangka panjang dari Soeharto untuk “mengubur lebih dalam” Sukarno beserta nama besar dan kecintaan rakyat kepadanya. Inilah yang di kemudian hari disebut sebagai “desukarnoisasi”, upaya menghapus nama Sukarno dari memori rakyat Indonesia.
Sebaliknya, jika jazad Bung Karno dimakamkan di Bogor, sama saja menghambat langkah Soeharto untuk menenggelamkan nama besar Sukarno. Jarak Bogor  – Jakarta terlalu dekat, sehingga kenangan rakyat tetap melekat. Ini yang secara politis akan mengganggu kewibawaannya. Langkah dan kebijakan untuk melarang semua ajaran Sukarno, langkah menjebloskan 0rang-orang dekat Sukarno ke dalam tahanan tanpa pengadilan, adalah bentuk lain dari upaya Soeharto benar-benar menghabisi Sukarno.
Satu hal yang Soeharto lupa, bahwa kebenaran senantiasa akan mengalir menemukan jalannya sendiri. Sekalipun kebenaran itu sudah dibelokkan. Sekalipun kebenaran itu sudah disumbat. Sekalipun kebenaran itu sudah dikubur dalam-dalam. Dan… kebenaran niscaya akan mengalir dalam sungainya sejarah. (roso daras)



Dewi dan putri2 BK

Ratna Sari Dewi menatap jenazah suaminya. Tampak di belakang, 
Rachmawati, Megawati, Sukmawati.

Rakyat berjejal
Rakyat berjejal memberi penghormatan terakhir kepada Bung Karno. Sementara, sepasukan tentara berjaga-jaga dengan ketat dan senapan di tangan.

Kronologis Wafatnya sang Proklamator
  • Hari ini 42 tahun lalu, Soekarno - Bapak bangsa - meninggal dunia dg tragis. Mati dalam status tahanan politik #MatinyaBK
  • Berbeda dg Syahrir, lawan politiknya yg diijinkan berobat ke LN. Soekarno tdk boleh mendapat perawatan semestinya #MatinyaBK
  • Sebelumnya di pengasingan di Istana Batu Tulis, malah Dokter hewan yg dipanggil utk merawat. Lalu di Jakarta tdk boleh cuci darah #MatinyaBK
  • Dokter Mahar Marjono, meminta alat cuci darah utk ginjalnya Soekarno. Alat tinggal diimpor, hanya penguasa orde baru menolak #MatinyaBK
  • Akibat tidak bisa cuci darah. Wajah & tubuh Soekarno semakin bengkak2. Karena racun ngumpul dlm tubuhnya #MatinyaBK
  • Memang penguasa orde baru ingin bunuh perlahan lahan. Bahkan ketika Soekarno mau cabut gigi. Militer memanggil dr Oei Hong Kian #MatinyaBK
  • Oleh tentara yg jaga Soekarno. Drg. Ong diberi peralatan cabut gigi peninggalan jaman Jepang. Tentu saja Drg Ong menolak memakai #MatinyaBK
  • 6 Juni 1970. Tepat ulang tahunnya BK. Rahmawati sudah melihat ayahnya yg bersuara tidak jelas dan tubuhnya bengkak bengkak #MatinyaBK
  • Rahmawati memotret Soekarno yg bengkak2 ini, lalu fotonya tersebar luas di media. Akhirnya Rahma diinterograsi militer #MatinyaBK
  • Beberapa hari setelah ultah, Bung Karno dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD). Kesehatannya semakin memburuk #MatinyaBK
  • Dewi dan anaknya Karina sudah menunggu di Spore.Menunggu clearance masuk dari penguasa orba utk masuk Jakarta #MatinyaBK
  • Bang Ali sebagai Gub Jakarta melobby Jend Soemitro untuk mengijinkan Dewi masuk utk menengok Soekarno #MatinyaBK
  • Ketika Dewi datang. Ia membawa Karina. " ini ayahmu ". Soekarno tangannya bergerak gerak. Habis itu diam lagi #MatinyaBK
  • Hatta bisa datang menembus karantina, datang menjenguk sahabatnya ini. Soekarno yang tertidur dalam sprei lusuh terbangun #MatinyaBK
  • Hatta melirik ke buah pisang yang dipenuhi ngengat karena sudah lama tak diganti. Mereka berdua berpegangan tangan #MatinyaBK
  • Menurut Meutia Hatta, keduanya tidak bercakap cakap, hanya berpandangan, & Hatta memijit tangan Soekarno. Air mata Hatta menetes #MatinyaBK
  • Namun. Ada yg bilang, Soekarno hanya mengucapkan sepatah kata. " Hatta..Kamu disini ? " Habis itu terdiam. Hatta menangis #MatinyaBK
  • Ketika Hatta pamit pulang, Soekarno meneteskan air matanya. Ia menangis karena tahu bahwa ini adalah pertemuan mereka terakhir #MatinyaBK
  • Sesekali Hatta menoleh kebelakang dan melihat dokter dokter tentara yang tidak peduli. Hatta merasa asing dgn negeri ini #MatinyaBK
  • 21 Juni 1970, pada pukul 04.30 WIB, pihak RSPAD menghubungi Rachma dan saudara2nya. Diminta segera ke RSPAD menemui Bung Karno #MatinyaBK
  • Nafas BK tersenggal senggal, dia sudah hampir tak sadarkan diri subuh itu. Soeharto dibangunkan utk diberi tahu berita ini #MatinyaBK
  • 07.00 WIB, Rachma dan saudara2 nya dipersilakan memasuki ruang Bung Karno. Alat bantu pernafasan dan jarum infus telah dilepas #MatinyaBK
  • Bung Karno tergolek lemah. Matanya tertutup rapat, nafasnya satu-satu. Tak lama, malaikat maut menjemput sang proklamator itu #MatimyaBK
  • Rahma mengenang, Ada satu periode kami tak bisa membesuk bapak. Bahkan seminggu dijatah hanya 3 kali #MatinyaBK
  • Setelah BK dinyatakan meninggal. Anak2BK dipersilahkan kembali ke rumah. Jenasah akan diputuskan penguasa miiter dibawa kemana #MatinyaBK
  • Fatmawati bersikeras jenasah BK dibawa ke rumahnya di Jalan Sriwijaya. " Ini rumah dia, bawa dia kesini " Tapi militer menolak #MatinyaBK
  • Kelak Ibu & ayah saya bercerita pada saya. Tentang kedatangan jenasah BK yg dibawa ke Wisma Yaso ( skrg Musuem Satria Mandala ) #MatinyaBK
  • Kembali ke kesaksian yang diceritakan ibu saya. Saat itu belum banyak yang datang, termasuk keluarga Bung Karno sendiri #MatinyaBK
  • Bung Karno meninggal mengenakan sarung lurik warna merah serta baju hem coklat. Wajahnya bengkak dan rambutnya sudah botak #MatinyaBK
  • Kita tidak membayangkan kamar yang bersih, dingin berAC dan penuh dengan alat alat medis disebelah tempat tidurnya di Wisma Yaso #MatinyaBK
  • Yang ada hanya termos dengan gelas kotor, serta buah yang sudah hitam dipenuhi jentik jentik seperti nyamuk #MatinyaBK
  • Kamarnya luas & jendelanya blong tidak ada gordennya. Dari dalam terlihat halaman belakang yg ditumbuhi alang2 setinggi dada #MatinyaBK
  • Setelah itu Bung Karno diangkat. Tubuhnya dipindahkan ke atas karpet di lantai di ruang tengah. Masih sedikit yg hadir #MatinyaBK
  •  
  • Kemudian beberapa orang disana sungkem kepada jenasah, sebelum akhirnya Guntur Soekarnoputra datang, dan juga orang orang lain #MatinyaBK
  • Dalam catatan Kolonel Saelan,“ BK diinterogasi dengan cara yang amat kasar, dengan memukul mukul meja dan memaksakan jawaban #MatinyaBK
  • Selain itu Dr Kartono Mohamad, : BK hanya diberi vitamin B, B12 dan duvadillan, padahal penyakitnya Ginjal #MatinyaBK
  • Namun Pemerintah orde baru juga kebingungan kemana hendak dimakamkan jenasah proklamator #MatinyaBK
  • Walau BK ingin kelak dimakamkan di Istana BatuTulis . Pihak militer tak mau ambil resiko makam Soekarno berdekatan dg ibu kota #MatinyaBK
  • Maka dipilih Blitar, kota kelahirannya sbg peristirahatan terakhir. Tentu saja Presiden Soeharto tidak menghadiri pemakaman ini #MatinyaBK
  • Jenasah BK secara resmi disemayamkan di Wisma Yaso. Jutaan rakyat bagai semut berkumpul memadati jalanan #MatinyaBK
  •  
  • Jenasah BK dibawa menuju Halim utk diterbangkan dengan Hercules ke Madiun. Jend M Panggabean akan jadi Inspektur upacara #MatinyaBK
  • Edhie Sunarso seorang pematung yg sedang mengerjakan Tugu Dirgantara Pancoran, melihat dari atas patung, iring iringan jenasah #MatinyaBK
  • Ia langsung turun dan ikut rombongan menuju Blitar. Ia mengenang, ketika sakitpun BK menjual mobil pribadinya utk biaya patung #MatinyaBK
  • Sangat berbeda dengan perlakuan thd mantan Presiden Soeharto, yg tersedia dokter an peralatan canggih utk memperpanjang hidupnya #MatinyaBK
  • Sekalipun Soeharto tdk pernah datang berhadapan dengan pemeriksanya, dan tim kejaksaan harus datang ke rumahnya di Cendana #MatinyaBK
  • Bahkan tim Kejaksaan harus menyesuaikan dengan jadwal tidur siang sang Presiden Soeharto ! #MatinyaBK
  • Fatmawati tetap keras kepala sampai ajal BK. Ia tak mau menghadiri ke pemakaman suaminya. Ia tdk memaafkan BK yg kawin lagi #MatinyaBK

  • Namun satu hal , ia tetap mencintai Bung Karno. Dengan caranya sendiri. Ia mengirim bunga ke Wisma Yaso #MatinyaBK
  • Ia hanya mengirim karangan bunga bertuliskan. “ Cintamu yang selalu menjiwai rakyat. Cinta Fat “ #MatinyaBK
 

No comments: