Ratu Shima.
Ratu dari kerajaan Holing. terkenal dengan pemimpin yang bijaksana.
LOKASI KERAJAAN
Berita Cina berasal dari Dinasti T'ang yang menyebutkan bahwa letak Kerajaan
Holing berbatasan dengan Laut Sebelah Selatan, Ta-Hen-La (Kamboja) di sebelah
utara, Po-Li (Bali) sebelah Timur dan To-Po-Teng di sebelah Barat. Nama lain
dari Holing adalah Cho-Po (Jawa), sehingga berdasarkan berita tersebut dapat
disimpulkan bahwa Kerajaan Holing terletak di Pulau Jawa, khususnya Jawa
Tengah.
J.L. Moens
dalam menentukan letak Kerajaan Holing meninjau dari segi perekonomian, yaitu
pelayaran dan perdagangan. Menurutnya, Kerajaan Holing selayaknya terletak di
tepi Selat Malaka, yaitu di Semenanjung Malaya. Alasannya, Selat Malaka
merupakan selat yang sangat ramai dalam aktifitas pelayaran perdagangan saat
itu. Pendapat J.L. Moens itu diperkuat dengan ditemukannya sebuah daerah di
Semenajung Malaya yang bernama daerah Keling.
SUMBER SEJARAH
I-Tsing
menyebutkan bahwa seorang temannya bernama Hui-Ning dengan pembantunya bernama
Yunki pergi ke Holing tahun 664/665 M untuk mempelajari ajaran agama Budha. Ia
juga menterjemahkan kitab suci agama Budha dari bahasa Sansekerta ke bahasa
Cina. Dalam menerjemahkan kitab itu, ia dibantu oleh pendeta agama Budha dari
Holing yang bernama Jnanabhadra. Menurut keterangan dari Dinasti Sung, kitab
yang diterjemahkan oleh Hui-Ning adalah bagian terakhir kitab Parinirvana yang
mengisahkan tentang pembukaan jenazah Sang Budha.
KEHIDUPAN POLITIK,
SOSIAL, EKONOMI Berdasarkan berita Cina disebutkan bahwa Kerajaan Holing
diperintah oleh seorang raja putri yang bernama Ratu Sima. Pemerintahan Ratu
Sima sangat keras, namun adil dan bijaksana. Rakyat tunduk dan taat terhadap
segala perintah Ratu Sima. Bahkan tidak seorang pun rakyat atau pejabat
kerajaan yang berani melanggar segala perintahnya. Kehidupan sosial masyarakat
Kerajaan Holing sudah teratur rapi. Hal ini disebabkan karena sistem
pemerintahan yang keras dari Ratu Sima. Di samping ini juga sangat adil dan bijaksana
dalam memutuskan suatu masalah. Rakyat sangat menghormati dan mentaati segala
keputusan Ratu Sima. Kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Holing
berkembang pesat. Masyarakat Kerajaan Holing telah mengenal hubungan
perdagangan. Mereka menjalin hubungan perdagangan pada suatu tempat yang
disebut dengan pasar. Pada pasar itu, mereka mengadakan hubungan perdagangan
dengan teratur.
Chopo
Kerajaan
ini ibukotanya bernama Chopo ( nama China ), menurut bukti- bukti China pada
abad 5 M. Mengenai letak Kerajaan Holing secara pastinya belum dapat
ditentukan. Ada beberapa argumen mengenai letak kerajaan ini, ada yang
menyebutkan bahwa negara ini terletak di Semenanjung Malay, di Jawa barat, dan
di Jawa Tengah. Tetapi letak yang paling mungkin ada di daerah antara
pekalongan dan Plawanagn di Jawa tengah. Hal ini berdasarkan catatan perjalanan
dari Cina Kerajaan Holing adalah kerajaan yang terpengaruh oleh ajaran agama
Budha. Sehingga Holing menjadi pusat pendidikan agama Budha. Holing sendiri
memiliki seorang pendeta yang terkenal bernama Janabadra. Sebgai pusat
pendidikan Budha, menyebabkan seorang pendeta Budha dari Cina, menuntut ilmu di
Holing. Pendeta itu bernama Hou ei- Ning ke Holing, ia ke Holing untuk
menerjemahkan kitab Hinayana dari bahasa sansekerta ke bahasa cina pada
664-665. Sistem Administrasi kerajaan ini belum diketahui secara pasti. Tapi
beberapa bukti menunjukkan bahwa pada tahun 674-675, kerajaan ini diperintah
oleh seoarang raja wanita yang bernama Simo.
Holing
sendiri banyak ditemukan barang-barang yang bercirikan kebudayaan Dong-Song dan
India. Hal ini menunjukkan adanya pola jaringan yang sudah terbentuk antar
Holing dengan bangsa luar. Wilayah perdaganganya meliputi laut China Selatan
sampai pantai utara Bali. Tetapi perkembangan selanjutnya sistem perdagangan
Holing mendapat tantangan dari Srivijaya, yang pada akhirnya perdagangan
dikuasi oleh Srivijaya. Sehingga Srivijaya menjadi kerajaan yang menguasai
perdagangan pada pertengahan abad ke-8.
MANDAILING.ORG
Mandailing dalam lintasan sejarah bahwa sepanjang yang dapat diketahui sampai sekarang, belum
ada seseorang yang menulis dan menerbitkan sejarah Mandailing. Oleh karena itu
kita tidak dapat memperoleh refensi untuk membicarakan sejarah Madailing. Suku
bangsa atau kelompok etnis Mandailing. Suku bangsa atau kelompok etnis
Mandailing memang mempuyai aksara sendiri yang dinamakan Surat Tulak-Tulak.
Tetapi ternayata orang-orang Mandailing pada zaman dahulu tidak menggunakan
aksara tersebut untuk menuliskan sejarah. Pada umumnya yang dituliskan adalah
mengenai ilmu pengobatan tradisional, astronomi tradisional, ilmu ghaib,
andung-andung dan tarombo atau silsilah keturunan keluarga-keluarga tertentu.
Setalah sekolah berkembang di Mandailing, Surat Tulak-Tulak mulai dipergunakan
oleh guru-guru untuk menuliskan cerita-cerita rakyat Mandailing sebagai bacaan
murid-murid sekolah. Beberapa legenda yang mengandungi unsur sejarah dan
berkaitan dengan asal-usul marga orang Mandailing masih hidup di tengah
masyarakat Mandailing. Seperti legenda Namora Pande Bosi dan legenda Si Baroar
yang dtulis oleh Willem Iskandar pada abad ke-18. Tetapi legenda yang demikian
itu tidak memberi keterangan yang cukup berarti mengenai sejarah Mandailing.
Dalam bebrapa catatan sejarah seperti sejarah Perang Paderi yang disusun oleh
M. Radjab, disebut-sebut mengenai Mandailing dan keterlibatan orang Mandailing
dalam Perang Paderi. Catatan sejarah ini hanya berhubungan dengan masyarakat
Mandailing pada abad ke-18 dan awal masuknya orang Belanda ke Mandailing.
Bagaimana sejarh atau keadaan masyarakat Mandailing pada abad-abad sebelumnya
tidak terdapat tulisan yang mencatatnya.
bersambung.................................
No comments:
Post a Comment