Monday, December 29, 2008
Sejarah Suku Batak Menurut kepercayaan Batak
Saturday, December 27, 2008
TAROMBO RAJA BONA NI ONAN
Friday, December 26, 2008
RAJA BONA NI ONAN HINGGA RAJA TOGA LAUT PARDEDE
KATA PENGANTAR: Sudah cukup banyak yang membuat Tarombo, Baik Tarombo secara keseluruhan, maupun Tarombo kelompok marga tertentu. Semuanya layaknya kita hargai atas upaya-upaya tersebut, karena sangat bermanfaat bagi generasi muda dan juga menambah kecintaan kita akan budaya batak. Bertarombo bagi orang batak adalah awal bercerita atau berkisah (sejarah) kepada anak cucunya, siapa mereka dan siapa leluhur mereka, dengan demikian prinsip-prinsip Dalihan Natolu lebih mudah dijelaskan kepada anak cucunya. Karena saya adalah keturunan Raja Bonan Ni Onan Pardede, maka saya mencoba menutur apa yang saya ketahui tentang tarombo Raja Bonan nionan Pardede melalui keterangan Opung saya Lobe Tinggi Pardede dari Parapat dan Bapak saya sendiri Aman Toga Pardede yang berdomisili di Balige dan berdasarkan tulisan - tulisan yang ahli dibidangnya seperti Mangaraja Asal Siahaan dengan Buku tarombonya "Tarombo Raja Sibagot Ni Pohan". Meskipun demikian Saya sangat mengharapan masukan tentang Tarombo "Raja Bona Ni Onan" ini, demi mengurangi kelemahan-kelemahan yang terdapat didalam susunan saya ini.- Mauliate - Horas !
PETUAH DARI SI BAGOT NI POHAN BAGI KETURUNANNYA. Sebelum kita mulai merenungi dan menghayati isi tarombo ini, alangkah baiknya kalau kita mengetahui asal usul marga Pardede, yang akan dimulai dari Omputa Si Bagot Ni Pohan, yang menurut kisahnya bermukim/marharajaon di Lumban Gorat Balige. SiBAgot Ni Pohan adalah anak pertama dari Tuan Sorba Dibanua dari ibu boru Pasaribu (Nai anting malela). Si Bagot Ni Pohan kawin dengan boru Pasaribu dari Tarabunga dan mempunyai anak 4 (empat) orang yaitu: 1- Tuan Sihubil. 2- Tuan Somanimbil. 3- Tuan Dibangarna, 4- Raja Sonakmalela. Sibagotni Pohan cukup dikenal akan kebijaksanaannya, kare pintar menyenangkan orang serta luas pengetahuannya. Anak-anaknya dididik dengan baik dan diajarkan dengan berbagai-bagai pengetahuan baik mengenai kepemimpinan, ilmu tentang perbintangan, dan yang sangat ditekankan kepada anak-anaknya agar selalu berbuat baik dan menjauhkan segala kejahatan. Setelah anak-anaknya beranjak dewasa kelakuan anak-anaknya tersebut menjadi bahan pembicaraan dan di senangi setiap orang melihatnya. Menjelang ajal Si Bangot Ni Pohan memberi wejangan-wejangan yang sangat berarti bagi keturunannya. Adapun wejangan atau petuah-petuah tersebut sbb: "Saya sudah tua, apabila saya meninggal, kalian berempat anak-anakku harus selalu mengingat semua apa-apa yang saya ajarkan pada kalian dan yang sangat penting adalah: 1- Kalian harus baik-baik dan saling menyayangi dan mencintai juga saling mengalah dan mengingatkan, kalian harus jauhkan perselisihan dan cintailah perdamaian "ai metmet bulung baja, memet do bulung ni banebane.Ndang adong laba ni namarbada, alai lehetan do na mardamedame". 2- Kalian harus satu hati dan selalu kalian musyawarah dalam setiap ada pekerjaan kalian, agar tercapai tujuan kalian. "Aek godang do aeklaut, dos ni roha do sibahen nasaut." 3- Kalian tidak boleh meninggalkan adat serta hukum yang berlaku pada adat batak, dalam rangka menghadapi dongan tubu, hulahula, boru serta ale-ale. "Asa unang lupa horbo sian bara na, sai unang ma peut ulos sian sangkotanna.". Harus selalu lurus dilaksanakan hukum (uhum), dan sama kesemua orang. 4- Harus sopan santun kalian menghadapi semua orang, "Pantun do hangoluan, tois do hamagoan", Tidak boleh kalian menghina, dan sinis kepada orang yang miskin dan orang didalam kesusahan, tetapi kalian harus menyayangi dan mengasihi mereka. 5- KAlian harus menghormati orang tua dan didengar kata-katanya."Ai tahuak manuk di taonbara ni ruma, halak na pasangap natuatua, i do na martua." Salah satu keturunan Si Bagot Ni Pohan melalui jalur anak bungsunya (Raja Sonakmalela, yaitu Raja Bona NI Onan dirajakan sebagai anak dari Raja Sonakmalela, (Napitupulu anak bungsu dari Raja Sonakmalela), Memang ada beberapa versi tentang status Pardede(Raja Bona Ni Onan). Ada yang mengatakan sebagai cucu dari Napitupulu dan ada juga yang mengatakan sebagai anak bungsu dari Napitupulu. Namun hal itu tidak pernah lagi dipermasalahkan, yang Pasti "Raja Bona Ni Onan" adalah keturunan Si Bagot NI Pohan dari anaknya Raja Sonak malela.- TH.P
Saturday, December 20, 2008
Raja Sonakmalela
Monumen Raja Sonak Malela yang berlokasi di ibu kota Kabupaten Toba Samosir BALIGE - Sumatera Utara. Nilai atau pemikiran yang ditinggalkan, bagi kita turunan Raja Sonak Malela masih dikenang dan dipanuti. Pesan apaka gerangan yang ditinggalkan Raja Sonak Malela bagi marga Simangunsong, Marpaung, Napitupulu dan Pardede, Raja Sonak Malela akan selalu dikenang bukan saja sebagai leluhurnya yang menurunkan ke empat anak (marga), melainkan juga pesannya yang cukup terkenal demikian:
I. S I S A D A R O H A S I S A D A L U L U A N A K S I S A D A L U L U B O R U S I S A D A L U L U T A N O S I S A D A P A N G K I L A L A A N
(artinya: Satu hati, bersama-sama mencari anak dan bersama-sama mencari anak perempuan,, bersama sama mencari tanah/lahan dan satu penderitaan.)
II. A N A K N A S O J A D I M A S I B O L A – B O L A AN, B O R U N A S O J A D I M A S I T I N D I A N, I N G K O N S A D A S O N G O N D A I O N A E K N D A N G M A R D U A S O N G O N D A I O N T U A K
(artinya : Anak tidak boleh saling menfitnah, dan anak perempuannya/ kakak adik tidak boleh menjadi isteri seorang, harus satu seperti rasa air, tidak berdua seperti rasa tuak)
Kesimpulan dari maknanya sbb: Bersatulah anak-anak Lelakimu Bersatulah anak-anak Perempuanmu Bersatulah mewarisi Tanah Leluhurmu Bersatulah dalam Tekad dan Cita-citamu Anak-anak lelakimu tidak bolah saling Mendengki Anak-anak Perempuanmu tidak bolah saling Memadu Harus bersatu Seperti Rasanya Kesejukan Air Minum Tidak Mendua Seperti Rasanya Air Nira. Ungkapan Raja Sonak Malela ini yang dipesankannya sekira 500 tahun silam kepada keturunannya secara nilai berada di puncak bagi masyarakat yang peka dengan perpecahan atau bagi bangsa yang pluralistic seperti Indonesia. Dikaji secara mendalam arti “Sisada Lulu” adalah persatuan dan kesatuan dan tidak hanya terbatas pada anak-anak Raja Sonak Malela tetapi juga mengandung nilai dalam lingkup yang luas, orang Batak seluruhnya bahkan bangsa Indonesia. Bila kita simak Sumpah Pemuda Tahun 1928: Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa Indonesia, bukanlah sangat mirip dengan pesan Raja Sonak Malela…? “ Sisada Lulu Anak, Sisada Lulu Boru,” artinya, “Satu Putra, Satu Putri,” atau juga “Satu Bangsa”. “ Sisada Lulu Tano,” artinya ”Satu Tanah Air atau Satu Nusa,” “ Sisada Pangkilalaan,” artinya “Satu Tekad, Satu Cita-cita.” “Anak naso Masibola-bolaan,” artinya “Turunan lelaki hendaknya tidak saling memecah-belah.” Dan Boru Nasojadi Masitindian,” artinya “Anak Perempuan jangan Mau Sama-sama dimadu” Setelah berlalu 500 tahun, mungkin saja pesan ini dilupakan.Mungkin juga hanya sekedar kenangan, sementara saat ini makin diperlukan peranan turunan Raja Sonak Malela berjumlah ratusan ribu atau bahkan sudah jutaan banyaknya ikut ambil bagian dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.Dunia yang dilanda globalisasi, informasi, persaingan dan konsumeristis menjadikan manusia individualistis, egoistis dan hal lainnya yang jauh dari kebersamaan. Semangat persatuan yang dipesankan oleh Raja Sonak Malela sudah saatnya diangkat kembali dalam suasana bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dengan rasa bangga kita ikut serta mewujdkan Wawasan nusantara yang cara pandang Bangsa Indonesia yang mengandalkan persatuan dan kesatuan karena didalamnya terdapat pesan Raja Sonak Malela. Hai..!, Generasi muda Sonak Malela yang berada diperantauan di seluruh Nusantara, anda-anda harus menjadi penerus yang berkualitas, yang mampu bersaing dan maju, namun tetap menjaga persatuan.Ingat pesan, Tona Raja Sonak Malela, Bersatulah, saling tolong menolong jauhkan perpecahan, jauhkan hosom, teal, elat dan late.Jadila “Raja” seperti Raja Sonak Malela memperdulikan turunan, meninggalkan tona / pesan dikenang dan dipanuti Raja Sonak Malela, untuk Raja Sonak Malela, mempunyai nilai “Raja” dalam dirinya sebagai pemikir.
SUKU BATAK TOBA
Rumah Batak Toba Jumlah populasi 9 juta. Kawasan dengan jumlah penduduk yang signifikan Sumatra Utara: 5,6 juta. Bahasa bahasa Batak: logat Silindung, logat Samosir, logat Humbang, dan logat Toba. Lalu bahasa Melayu, dan bahasa Indonesia juga digunakan. Agama Kristen, Islam, dan Parmalim. Kelompok etnis terdekat suku Gayo, suku Rejang, suku Simalungun, suku Alas, suku Karo, suku Pakpak-Dairi, suku Angkola, suku Mandailing, suku Padang Lawas, dan suku-suku non-Melayu lainnya di Sumatra Utara dan Sumatra bagian selatan. Batak adalah nama sebuah sukubangsa di Indonesia. Suku ini kebanyakan bermukim di Sumatra Utara. Mayoritas orang Batak beragama Kristen dan sebagian lagi beragama Islam. Tetapi dan ada pula yang menganut agama Malim (pengikutnya bisasa disebut dengan Parmalim ) dan juga penganut kepercayaan animisme (disebut Pelebegu atau Parbegu). Nama kumpulan Suku Batak terdiri dari beberapa sub suku yang berdiam di wilayah Sumatera Utara, khususnya Tapanuli. Sub suku Batak adalah: • Suku Batak Silindung • Suku Batak Samosir • Suku Batak Humbang • Suku Batak Toba Wilayah Bermukim Dalam tata pemerintahan Republik Indonesia yang mengikuti tata pemerintahan Kolonial Belanda, setiap sub suku berdiam dalam satu kedemangan yang kemudian dirubah menjadi Kabupaten setelah Indonesia merdeka. Sub suku Batak Toba berdiam di Kabupaten Tobasa yang wilayahnya meliputi Balige, Laguboti, Porsea, serta Ajibata (berbatasan dengan Parapat). Sub suku Batak Samosir berdiam di Kabupaten Samosir yang wilayahnya meliputi Tele, Baneara, Pulau Samosir, dan sekitarnya. Sub suku Batak Humbang berdiam di Kabupaten Humbang Hasundutan dan Tapanuli Utara bagian utara yang wilayahnya meliputi Dolok Sanggul, Siborongborong, Lintongnihuta, serta Parlilitan. Sub suku Batak Silindung berdiam di Kabupaten Tapanuli Utara yang wilayahnya meliputi Tarutung, Sipoholon, Pahae, dan sekitarnya. Suku bangsa Batak pun saat ini telah banyak tersebar ke seluruh daerah Indonesia bahkan luar negeri. Tarombo Artikel utama untuk bagian ini adalah: Tarombo Silsilah atau Tarombo merupakan suatu hal yang sangat penting bagi orang Batak. Bagi mereka yang tidak mengetahui silsilahnya akan dianggap sebagai orang Batak kesasar (nalilu). Orang Batak khusunya kaum Adam diwajibkan mengetahui silsilahnya minimal nenek moyangnya yang menurunkan marganya dan teman semarganya (dongan tubu). Hal ini diperlukan agar mengetahui letak kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu klan atau marga. Falsafah Batak Secara umum, suku Batak memiliki falsafah adat Dalihan Na Tolu yakni Somba Marhulahula (hormat pada pihak keluarga ibu/istri), Elek Marboru (ramah pada keluarga saudara perempuan) dan Manat Mardongan Tubu (kompak dalam hubungan semarga). Dalam kehidupan sehari-hari, falsafah ini dipegang teguh dan hingga kini menjadi landasan kehidupan sosial dan bermasyarakat di lingkungan orang Batak (Silindung-Samosir-Humbang-Toba). Batak pada era modern Sejarah Batak modern dipengaruhi oleh dua agama samawi yakni Islam dan Kristen. Islam makin kuat pengaruhnya pada saat Perang Padri, melalui aktivitas dakwah yang dilakukan para da'i dari dari negeri Minang. Perluasan penyebaran agama Islam juga pernah memasuki hingga ke daerah Tapanuli Utara dibawah pimpinan Tuanku Rao dari Sumatera Barat, namun tidak begitu berhasil. Islam lebih berkembang di kalangan Mandailing dan sebagian Angkola. Agama Kristen baru berpengaruh di kalangan Angkola dan Batak (Silindung-Samosir-Humbang-Toba) setelah beberapa kali misi Kristen yang dikirimkan mengalami kegagalan. Misionaris yang paling berhasil adalah I.L. Nommensen yang melanjutkan tugas pendahulunya menyebarkan agama Kristen di wilayah Tapanuli. Ketika itu, masyarakat Batak yang berada di sekitar Tapanuli, khususnya Tarutung, diberi pengajaran baca tulis, keahlian bertukang untuk kaum pria dan keahlian menjahit serta urusan rumah tangga bagi kaum ibu. Pelatihan dan pengajaran ini kemudian berkembang hingga akhirnya berdiri sekolah dasar dan sekolah keahlian di beberapa wilayah di Tapanuli. Nommensen dan penyebar agama lainnya juga berperan besar dalam pembangunan dua rumah sakit yang ada saat ini, RS Umum Tarutung dan RS HKBP Balige, yang sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Sementara itu, perkembangan pendidikan formal juga terus berlanjut hingga dibukanya sebuah perguruan tinggi bernama Universitas HKBP I.L. Nommensen (UHN) tahun 1954. Universitas ini menjadi universitas swasta pertama yang ada di Sumatra Utara dan awalnya hanya terdiri dari Fakultas Ekonomi dan Fakultas Theologia. Pendapat Lain Satu suku bangsa berarti memiliki bahasa, kesenian, dan adat istiadat yang sama, serta percaya berasal dari nenek moyang yang sama. Dalam hal ini yang dikatakan suku bangsa Batak berarti memiliki bahasa yang sama bahasa Batak bukan bahasa Toba, kesenian yang sama gondang Batak bukan gondang Toba, dan adat istiadat yang sama adat Batak, serta percaya berasal dari nenek moyang yang sama Si Raja Batak. Perlu juga kita ketahui bersama bahwa hanya suku bangsa Batak (Silindung-Samosir-Humbang-Toba) yang selau memakai identitas “BATAK” pada berbagai hal, seperti: RUMA BATAK, HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN, GONDANG BATAK, BANGSO BATAK, SI RAJA BATAK. Sedangkan suku-suku lain adalah hampr tidak ada memakai identitas “BATAK” ini. Di luar hal tersebut tidak boleh dikatakan suku bangsa Batak. Bagi sebagian orang ada beberapa suku bangsa yang dimasukkan dalam rumpun suku bangsa Batak. Padahal perlu kita ketahu bersama bahwa sejak zaman Kerajaan Batak hingga pembagian ke”distik”an pada Huria Kristen Batak Protestan selalu membagi Tanah Batak dalam 4 wilayah, yaitu: Silindung, Samosir, Humbang, dan Toba. Suku-suku yang dicaplok oleh sebagaian orang itu pun ternyata mendapat perlawanan dari anggota suku bangsanya sendiri untuk dimasukkan dalam suku bangsa Batak. Oleh sebab itu untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, untuk hari-hari berikut penyebutan suku bangsa Batak hendaknya hanya ditujukan bagi orang Silindung, Samosir, Humbang, dan Toba. Suku-suku yang bagi sebagian orang dinyatakan sebagai suku bangsa Batak namun tak dapat dibuktikan kebenarannya, yaitu: • Suku Alas • Suku Kluet • Suku Karo • Suku Pakpak • Suku Padang Lawas • Suku Simalungun • Suku Angkola • Suku Mandailing Bahkan Suku Nias sempat dinyatakan sebagai bagian suku bangsa Batak. Kesimpulan Suku bangsa Batak tidaklah seluruhnya TOBA dan hanya terdiri dari 4 (empat) wilayah, yaitu: 1. BATAK SILINDUNG; Cth: marga Naipospos (Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Marbun), Hutabarat, Panggabean, Simorangkir, Hutagalung, Hutapea, Lumban Tobing. 2. BATAK SAMOSIR; Cth: marga Sinaga, Simbolon, Malau, dsb. 3. BATAK HUMBANG; Cth: marga Sihombing (Silaban, Lumban Toruan, Nababan, Hutasoit), Simatupang (Togatorop, Sianturi, Siburian), dsb. 4. BATAK TOBA; Cth: marga Tampubolon, Silaen, Baringbing, Simanjuntak, Simangunsong
Gunung Toba
Gunung Toba Super vulkanik Gunung Toba yang kini telah berubah menjadi Danau Toba yang sebenarnya adalah kaldera dengan Pulau Samosir ditengahnya Gunung Toba adalah super volcano yaitu gunung aktif dalam kategori sangat besar, meletus terakhir sekitar 74.000 tahun lalu yang kini hanyalah sebuah danau yaitu Danau Toba, Sumatra Utara, Indonesia yang merupakan bekas kaldera terbesar di dunia. Bukti Ilmiah Pada tahun 1939, geolog Belanda Van Bemmelen melaporkan, Danau Toba, yang panjangnya 100 kilometer dan lebarnya 30 kilometer, dikelilingi oleh batu apung peninggalan dari letusan gunung. Karena itu, Van Bemmelen menyimpulkan, Toba adalah sebuah gunung berapi. Belakangan, beberapa peneliti lain menemukan debu rhyolit yang seusia dengan batuan Toba di Malaysia, bahkan juga sejauh 3.000 kilometer ke utara hingga India Tengah. Beberapa ahli kelautan pun melaporkan telah menemukan jejak-jejak batuan Toba di Samudra Hindia dan Teluk Bengal. Para peneliti awal, Van Bemmelen juga Aldiss & Ghazali (1984) telah menduga Toba tercipta lewat sebuah letusan maha dahsyat. Namun peneliti lain, Vestappen (1961), Yokoyama dan Hehanusa (1981), serta Nishimura (1984), menduga kaldera itu tercipta lewat beberapa kali letusan. Peneliti lebih baru, Knight dan sejawatnya (1986) serta Chesner dan Rose (1991), memberikan perkiraan lebih detail: kaldera Toba tercipta lewat tiga letusan raksasa. Penelitian seputar Toba belum berakhir hingga kini. Jadi, masih banyak misteri di balik raksasa yang sedang tidur itu. Salah satu peneliti Toba angkatan terbaru itu adalah Fauzi dari Indonesia, seismolog pada Badan Meteorologi dan Geofisika. Sarjana fisika dari Universitas Indonesia lulusan 1985 ini berhasil meraih PhD dari Renssealer Polytechnic Institute, New York, pada 1998, untuk penelitiannya mengenai Toba. Berada di tiga lempeng tektonik Letak Gunung Toba (kini: Danau Toba), di Indonesia memang rawan bencana. Hal ini terkait dengan posisi Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik, yakni Aurasia, Indo-Australia dan Lempeng Pasifik. Sebanyak 80% dari wilayah Indonesia, terletak di lempeng Aurasia, yang meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Banda. Lempeng benua ini hidup, setiap tahunnya mereka bergeser atau menumbuk lempeng lainnya dengan jarak tertentu. Lempeng Aurasia yang merupakan lempeng benua selalu jadi sasaran. Lempeng Indo-Australia misalnya menumbuk lempeng Aurasia sejauh 7 cm per tahun. Atau Lempeng Pasifik yang bergeser secara relatif terhadap lempeng Aurasia sejauh 11 cm per tahun. Dari pergeseran itu, muncullah rangkaian gunung, termasuk gunung berapi Toba. Jika ada tumbukan, lempeng lautan yang mengandung lapisan sedimen menyusup di bawahnya lempeng benua. Proses ini lantas dinamakan subduksi atau penyusupan. Gunung hasil subduksi, salah satunya Gunung Toba. Meski sekarang tak lagi berbentuk gunung, sisa-sisa kedasahyatan letusannya masih tampak hingga saat ini. Danau Toba merupakan kaldera yang terbentuk akibat meletusnya Gunung Toba sekitar tiga kali yang pertama 840 juta tahun lalu dan yang terakhir 74.000 tahun lalu. Bagian yang terlempar akibat letusan itu mencapai luas 100 km x 30 km persegi. Daerah yang tersisa kemudian membentuk kaldera. Di tengahnya kemudian muncul Pulau Samosir. Letusan Sebelumnya Gunung Toba pernah meletus tiga kali. • Letusan pertama terjadi sekitar 840 juta tahun lalu. Letusan ini menghasilkan kaldera di selatan Danau Toba, meliputi daerah Prapat dan Porsea. • Letusan kedua yang memiliki kekuatan lebih kecil, terjadi 500 juta tahun lalu. Letusan ini membentuk kaldera di utara Danau Toba. Tepatnya di daerah antara Silalahi dengan Haranggaol. Dari dua letusan ini, letusan ketigalah yang paling dashyat. • Letusan ketiga 74.000 tahun lalu menghasilkan kaldera, dan menjadi Danau Toba sekarang dengan Pulau Samosir di tengahnya. Gunung Toba ini tergolong Supervolcano. Hal ini dikarenakan Gunung Toba memiliki kantong magma yang besar yang jika meletus kalderanya besar sekali. Volcano kalderanya ratusan meter, sedangkan Supervolacano itu puluhan kilometer. Yang menarik adalah terjadinya anomali gravitasi di Toba. Menurut hukum gravitasi, antara satu tempat dengan lainnya akan memiliki gaya tarik bumi sama bila mempunyai massa, ketinggian dan kerelatifan yang sama. Jika ada materi yang lain berada di situ dengan massa berbeda, maka gaya tariknya berbeda. Bayangkan gunung meletus. Banyak materi yang keluar, artinya kehilangan massa dan gaya tariknya berkurang. Lalu yang terjadi up-lifting (pengangkatan). Inilah yang menyebabkan munculnya Pulau Samosir. Magma yang di bawah itu terus mendesak ke atas, pelan-pelan. Dia sudah tidak punya daya untuk meletus. Gerakan ini berusaha untuk menyesuaikan ke normal gravitasi. Ini terjadi dalam kurun waktu ribuan tahun. Hanya Samosir yang terangkat karena daerah itu yang terlemah. Sementara daerah lainnya merupakan dinding kaldera.
