Monday, December 29, 2008
Sejarah Suku Batak Menurut kepercayaan Batak
Bab I. Sekila sejarah Suku Batak Menurut kepercayaan Batak, Pusuk Buhit adalah asal muasal suku Batak, yang kemudian berpencara kesekitar nya hingga ke Aceh, karena tidak memiliki bukti sejarah secara ilmiah maka dianggap sebgai suatu mitos yang disampaikan secara turun temurun. Ada beberapa versi tentang keberadaan suku Batak: menurut Cunningham dalam bukunya “The postwar migration of the toba bataks to east sumatra”, mengatakan bahwa perpindahan orang Batak bersamaan dengan gelombang perpindahan besar-besaran bangsa Melayu Tua pada sekitar tahun 2000 sebelum masehi. Sedangkan menurut Harahap dalam bukunya “Perihal Bangsa Batak” mengatakan bahwa nenek moyang orang batak berasal dari utara, yang berpindah kekepulauan Filipina dan berpindah lagi kesulawesiselatan, mereka kemudian berlayar kearah barat versama angin timur di sumatera selatan, disekitar lampung , setelah menyelusuri pantai barat mereka mendarat dipelabuhan Barus sekarang, lalu pindah ke pedalaman dan menetap dikaki gunung Pusuk Buhit ditepi pulau samosir, yang dianggap sebagai tempay asal usul ketutunan Batak, versi lain dari Harhap juga mengatakan :bahwa nenekmoyangBatak berasal dari Hindia muka (india), pindah ke Burma, lalu turun ketanah genting kera di utara Malaysia, dari sana berlayar kearah barat dan mendarat disalah satu atau beberapa tempat dipantai timur sumatera Utara seperti Tanjung Balai dan Batubara, dikabupaten Asahan, serta Pangkalan brandan atau Kuala simpang dikabupaten Aceh Timur, dari tempat-tempat inilah mereka masuk kepedalaman disekitar danau toba, dan ada sebagian menuju Pelabuhan Deli, lalu menyusuri sungai wampu kearah hulu samapai kepegunungan Karo, dan dari sana turun kepinggiran Danau Toba . Dan sebagian berlayar dari Malak menyusuri pantai barat sumatera arah ke utara lalu mendarat di pantai Barus dan Sibolga serta Tapong kanan singkil di Aceh Barat, terus masuk kepedalaman kabupaten Dairi, dan perjalanan dilanjutkan hingga Pusuk Buhit lalu menetap disana. Namun berdasarkan sejarah yang umun diketahui bahwa si Raja Batak dan rombongannya datang dari Hindia belakang, akibat imigran besar-besaran akibat gejolak di India,diimana kerajan dari utara menyerang kerajaan yang ada diselatan India, kerajaan-kerajaan yang ditundukkan mengungsi kewilayah asia tenggara, terus ke Semenanjung Malaysia lalu menyeberang ke Sumatera dan menghuni Sianjur Mula Mula, lebih kurang 8 Km arah Barat Pangururan, pinggiran Danau Toba sekarang.Versi lain mengatakan, dari India melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba. Diperkirakan Si Raja Batak hidup sekitar tahun 1200 (awal abad ke-13). Raja Sisingamangaraja XII salah satu keturunan si Raja Batak yang merupakan generasi ke-19 (wafat 1907), maka anaknya bernama si Raja Buntal adalah generasi ke-20. Batu bertulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof. Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari Madras, India) menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan COLA dari India menyerang SRIWIJAYA yang menyebabkan bermukimnya 1.500 orang TAMIL di Barus. Pada tahun 1275 MOJOPAHIT menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane, Haru, Padang Lawas. Sekitar rahun 1.400 kerajaan NAKUR berkuasa di sebelah timur Danau Toba, Tanah Karo dan sebagian Aceh. Pengaruh Hindu terhadapa orang Batak sangat jelas kelihatan pada bentuk aksara Batak yang mirip tulisan Awalokitecwara (seperti aksara Jawa Hindu), dan juga mitos-mitos orang Batak. Dengan memperhatikan tahun tahun dan kejadian di atas diperkirakan : • Si Raja Batak adalah seorang aktivis kerajaan dari Timur danau Toba (Simalungun sekarang), dari selatan danau Toba (Portibi) atau dari barat danau Toba (Barus) yang mengungsi ke pedalaman, akibat terjadi konflik dengan orang orang Tamil di Barus. • Akibat serangan Mojopahit ke Sriwijaya, Si Raja Batak yang ketika itu pejabat Sriwijaya yang ditempatkan di Portibi, Padang Lawas dan sebelah timur Danau Toba (Simalungun) Sebutan Raja kepada si Raja Batak diberikan oleh keturunannya karena penghormatan, bukan karena rakyat menghamba kepadanya. Demikian halnya keturunan si Raja Batak seperti Si Raja Lontung, Si Raja Borbor, Si Raja Oloan dsb, meskipun tidak memiliki wilayah kerajaan dan rakyat yang diperintah. Selanjutnya menurut buku TAROMBO BORBOR MARSADA anak si Raja Batak ada 3 (tiga) orang yaitu : GURU TETEABULAN, RAJA ISUMBAON dan TOGA LAUT. Dari ketiga orang inilah dipercaya terbentuknya Marga Marga Batak. SIAPAKAH ORANG BATAK? : 1. Batak Toba (Tapanuli) : mendiami Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah mengunakan bahasa Batak Toba. 2. Batak Simalungun : mendiami Kabupaten Simalungun, sebagian Deli Serdang, dan menggunakan bahasa Batak Simalungun. 3. Batak Karo : mendiami Kabupaten Karo, Langkat dan sebagian Aceh dan menggunakan bahasa Batak Karo 4. Batak Mandailing : mendiami Kabupaten Tapanuli Selatan, Wilayah Pakantan dan Muara Sipongi dan menggunakan bahasa Batak Mandailing 5. Batak Pakpak : mendiami Kabupaten Dairi, dan Aceh Selatan dan menggunakan bahasa Pakpak. Toba PUSUK BUHIT Simalungun Karo Pakpak Mandailing Angkola Orang Batak terdiri dari 5 sub etnis yang secara geografis dibagi sbb: Suku Nias yang mendiami Kabupaten Nias (Pulau Nias) mengatakan bahwa mereka bukanlah orang Batak karena nenek moyang mereka bukan berasal dari Tanah Batak. Namun demikian, Ada yang berpendapat dan berkeyakinan bahwa etnis Batak bukan hanya 5, akan tetapi sesungguhnya ada 11 [sebelas], ke 6 etnis batak tersebut adalah : 1. Batak Pesisir, 2. Batak Angkola, 3. Batak Padang lawas, 4.Batak Melayu, 5.Batak Nias, 6.Batak Alas Gayo. Sebelas dari sub etnis Batak adalah: 1- Batak TOBA ,di- Kab.Tapanuli Utara, Tengah, Selatan 2- Batak SIMALUNGUN,di- Kab.Simalungun,sebelah Timur danau Toba 3- Batak KARO,di- Kab Karo, Langkat dan sebagian Aceh 4- Batak PAKPAK [Dairi],di- Kab Dairi dan Aceh Selatan 5- Batak MANDAILING,di- Wilayah Pakantan dan Muara Sipongi 6- Batak PASISIR,di- Pantai Barat antara Natal dan Singkil 7- Batak ANGKOLA,di- Wilayah Sipirok dan P. Sidempuan 8- Batak PADANGLAWAS ,di- Wil. Sibuhuan, A.Godang, Rambe, Harahap 9- Batak MELAYU,di- WiL Pesisir Timur Melayu 10- Batak NIAS,di- Kab/Pulau Nias dan sekitarnya 11- Batak ALAS GAYO,di- Aceh Selatan,Tenggara, Tengah Yang disebut wilayah Tanah Batak atau Tano Batak ialah daerah hunian sekeliling Danau Toba, Sumatera Utara. Seandainya tidak mengikuti pembagian daerah oleh Belanda [politik devide et impera] seperti sekarang, Tanah Batak konon masih sampai di Aceh Selatan dan Aceh Tenggara. BATAK ALAS GAYO Beberapa lema/dialek di daerah Alas dan Gayo sangat mirip dengan lemah bahasa Batak. Demikian juga nama Si Alas dan Si Gayo ada dalam legenda dan tarombo Batak. Dalam Tarombo Bona Laklak [tarombo pohon Beringin] yang dilukis cukup indah oleh L.Sitio [1921] nama Si Jau Nias, dan Si Ujung Aceh muncul setara nama Sorimangaraja atau Si Raja Batak I. Disusul kemudian hadirnya Si Gayo dan Si Alas setara dengan Si Raja Siak Dibanua yang memperanakkan Sorimangaraja, kakek dari Si Raja Batak. BATAK PAKPAK Sebagian kecil orang Pakpak enggan disebut sebagai orang Batak karena sebutan MPU Bada tidak berkaitan dengan kata OMPU Bada dalam bahasa Batak. Kata MPU menurut etnis Pakpak setara dengan kata MPU yang berasal dari gelar di Jawa [MPU Sendok, MPU Gandring]. Tetapi bahasa Pakpak sangat mirip dengan bahasa Batak, demikian juga falsafah hidupnya. BATAK KARO Sub etnis ini juga bersikukuh tidak mau disebut sebagai kelompok etnis Batak. Menurut Prof Dr. Henry G Tarigan [IKIP Negeri Bandung] sudah ada 84 sebutan nama marga orang Karo. Itu sebabnya, orang Karo tidak sepenuhnya berasal dari etnis Batak, karena adanya pendatang kemudian yang bergabung, misalnya marga Colia, Pelawi, Brahmana dsb. Selama ini di Tanah Karo dikenal adanya MERGA SILIMA [5 Marga]. BATAK NIAS Suku Nias yang mendiami Kabupaten Nias (Pulau Nias) mengatakan bahwa mereka bukanlah orang Batak karena nenek moyang mereka bukan berasal dari Tanah Batak, bukan dari Pusuk Buhit. Masuk akal karena secara geografis pulau Nias terleta agak terpencil di Samudera Indonesia, sebelah barat Sumatera Utara.Namun demikian, mereka mempunyai marga marga seperti halnya orang Batak. Catatan: Di antara masyarakat Batak ada yang mungkin setuju bahwa asal usul orang Batak dari negeri yang berbeda, tentu masih sangat masuk akal. Siapa yang bisa menyangkal bahwa Si Raja Batak, antara tahun 950-1250 Masehi muncul di Pusuk Buhit, adalah asli leluhur Orang Batak? Sejak jaman dahulu orang Batak memang perantau ulung. Di Sunatera Utara saja banyak orang Batak yang bermukim di daerah Asahan, Labuhan Batu Sumatera Utara, Dan yang lebih menyolok lagi adalah setelah Belanda membuka perkebunan-perkebunan di sumatera timur sedang di daerah Toba pada saat itu sangat kritis kondisi prekonomian. Mereka yang merantau kedaerah yang mayoritas memeluk Agama Islam banyak menghilangkan atau merobah marganya, karena daerah asalnya mayoritas memeluk keristen Seperti daerah Silindung dan Toba, contohnya: keturunan sibagot ni Pohan yang merantau ke Tapanuli selatan, mereka merobah marganya menjadi Marga Pohan sedang marganya di tempat asalnya adalah Siahaan, Simanjuntak atau Napitupulu dll, dan yang merantau kedaerah Asahan sama sekali mereka menyembunyikan marga mereka, dengan pertimbangan agar dapat diterima masyarakat setempat. Bahkan di daerah Langkat ditemukan penduduk bermarga seperti Gerning, Lambosa, Ujung Pinayungan, Berastempu,Sibayang, Kinayam, Merangin angin, dll yang konon merupakan kelompok marga Malau .Belakangan ini setelah berdirinya organisasi PBI ( Persatuan Batak Islam) secara lambat laun mereka menampakkan marga mereka.Untuk dapat Hidup apapun yang dilakukan bagi Orang Batak Perantau dimana Langit dijujung disitu adalah kampungnya, bagaimana cara akan dilakukan itulah tekad, mereka akan mudah beradaptasi.Pada zaman dahulu Agama monoteis agdalah agama yang tidak dikenal dan boleh dikatakan suatu hal yang baru. Yang menjadi pegangan bagi Orang Batak perantau pada masa itu adalah adat atau budaya jangan sampai hilang (mago) Banyak literatur literatur tersimpan di Negeri Belanda yang mengungkap bagaimana sesungguhnya pluralisme di Nusantara. Namun dengan kacamata Nasional kita melihat bahwa Indonesia sangat kaya dengan adat dan budaya daerah, salah satunya adalah budaya Batak! Keaneka ragaman ini dipelajari oleh Belanda dengan cermat, sebagai alat melemahkan perjuangan dari kelompok suku atau etnis dan terakhir mengadu domba antar Agama dan antar suku. Ini dapat dilihat dengan membawa putra-putra suku bagian timur Indonesia yang beragama Kristen menyerang pejuang-pejuang bagian Barat Nusantara misalnya Aceh, Jawa dan sumatera, dan sebaliknya untuk melemahkan perjuangan orang-orang bagian timur mempergunakan putra-putra bagian Barat yang beragama Islam. Contoh yang nyata Untuk melemahkan perjuangan kaum Paderi Belandan mempergunakan putra-putra Batak sebagai pasukannya yang diperbantukan. Harus diakui keaneka ragaman mempunyai kelemahan sensitif akan suatu prinsip. Dan yang harus diakui mengenai sejarah Suku Batak berbeda- beda disetiap Sub suku Batak, terutama dari sudut Mitosnya ataupun legenda-legendanya. Seperti di suku Batak simalungun, ada keyakinan dari orang simalungun bahwa mereka adalah keturunan Majapahit. Dan ada diantara suku Bangsa Batak, bahwa nenek moyang mereka mereka adalah dari India. Namun ini tidak perlu dipersoalkan yang benar adalah semua suku Batak berbudaya sama meskipun ada perbedaan disana sini, disebabkan perobahan jaman dengan masuknya agama-agama Monoteis kewilayah Batak. Dan hal itu sangat memungkinkan karena keberadaan Barus sebagai kota atau pelabuhan terbuka sejak zaman dahulu kala atau dengan kata lain sebelum masehi. Perbedaan pandangan tentang Sejarah suku Batak menandakan keperdulian setiap orang Batak terhadap sukunya, dan ini adalah suatu kekayaan. Banyak Bukti-bukti sejarah yang membuktikan Barus sebagai wilayah kerajaan Batak menjadi persinggahan pedagang-pedagang baik dari Kerajaan-kerajaan di Nusantara maupun dari kerajaan-kerajaan dari luar untuk keperluan akan Damar atau Kapur Barus dan Kemenyan dan Hasil Bumi lainnya. Kebesaran nama Barus mengundang dunia luar singgah, Bangsa Asing dari berbagai belahan bumi membuat suatu perobahan langsung atau tidak langsung bagi masyarakat sekitar Barus yang mayoritas suku Batak. Perobahan-perobahan tersebut berdampak positif bagai masyarakat Batak, baik dari segi pengetahuan tentang Alam, sosial dan Hukum.termasuk, tidak ketinggalan pedagang-pedagang dari India pada tahun 1088 berdasarkan Tiang bertulis dari Lobu tua dan juga pedagang dari Arab yang beragama Islam juga mengunjungi Barus untuk mendapatkan Damar. Jadi hampir boleh dikatakan Barus menjadi pusat budaya dan Agama. Sejarah asal usul nenek moyang Si Raja Batak dari Pusuk Buhit
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment